Ancaman Kemarau, Banjir, dan Kelaparan Riil

Sumber:Suara Pembaruan - 12 April 2007
Kategori:Air Minum
[JAKARTA] Perubahan iklim global, diyakini akan membawa dampak besar terhadap kehidupan di Tanah Air. Dampak yang diperkirakan bakal dirasakan, antara lain mencakup ancaman kemarau, banjir,dan kelaparan.

Khusus untuk Jakarta, pengaruh iklim global dapat mengakibatkan banjir, yang sebelumnya telah dua kali terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Selain itu, suhu udara di Jakarta meningkat, sebagai akibat pemanasan global, kata aktivis Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) Tori Kuswardono, di Jakarta, Kamis (12/4).

Dia mengungkapkan, daya tahan lingkungan di Jakarta sangat minim karena maraknya kerusakan lingkungan, khususnya alih fungsi lahan, yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan hidup.

Menurut dia, ada tiga ancaman musibah yang diakibatkan kerusakan lingkungan, yang terjadi di Jakarta, yakni banjir, kekeringan dan tenggelamnya sebagian wilayah akibat kenaikan muka air laut.

Tori memperkirakan, banjir besar seperti yang terjadi awal tahun ini, tidak perlu menunggu lima tahun lagi, jika laju kerusakan lingkungan tidak dicegah. "Bisa saja hal yang sama terjadi tahun depan, bahkan lebih parah," ucapnya.

Demikian pula halnya dengan kekeringan. Meskipun Jakarta termasuk kota besar, namun sekitar 50 persen penduduknya masih mengandalkan air tanah sebagai sumber air utama kehidupan. "Air tanah akan kering sehingga warga kota akan kesulitan air," tukasnya.

Mengenai kenaikan muka air laut, lanjutnya, ancaman terbesarnya adalah tenggelamnya sebagain wilayah Jakarta, terutama di kawasan pantai. "Perkampungan nelayan bakal hilang karena disapu gelombang laut. Kondisi ini akan diperparah jika reklamasi pantai utara terus dilakukan," katanya.

Untuk mencegah memburuknya dampak lingkungan yang terjadi di Jakarta, dia meminta agar dilakukan penataan ulang Kota Jakarta. Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diminta waspada dengan perubahan iklim. Dicontohkan, saat musim kemarau, kondisi air sumur dangkal di kawasan yang dulunya resapan air menjadi kering, karena maraknya pengambilan air tanah.

"Lihat saja di Kebayoran kalau kemarau. Di sana sumur-sumur warga sudah kering," jelasnya.

Secara terpisah, Koordinator Nasional World Wild Fund (WWF) Indonesia,Ari Muhammad menjelaskan, terjadinya banjir di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Jakarta, merupakan salah satu dampak perubahan iklim yang terjadi. "Dampak perubahan iklim sebenarnya terjadi di semua negara. Tetapi di negara berkembang efeknya lebih terasa karena sumber daya, baik manusia maupun dana untuk mengatasi dampak tersebut sangat minim," katanya.

Suhu Meningkat

Dampak lain dari perubahan iklim global yang bakal dirasakan warga Jakarta, adalah kenaikan suhu udara. Menurut Deputi III Menteri Negara Lingkungan Hidup bidang Peningkatan Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Masnellyarti Himan, akibat El Nino seperti yang sekarang terjadi, suhu tertinggi di kota Jakarta mencapai 37 derajat Celcius. Padahal kondisi normal suhu rata-rata adalah 32 derajat Celcius.

Bahkan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar, di Jakarta, Rabu (11/4), mengingatkan. jika kondisi iklim terus memburuk, dapat mengakibatkan kepunahan kehidupan. "Fenomena perubahan iklim ini perlu kita waspadai," katanya.

Dia menjelaskan, penyebab perubahan iklim adalah aktivitas manusia dalam penggunaan bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batu bara, yang dapat menghasilkan gas rumah kaca.

"Jika tidak dilakukan usaha nyata secara global untuk mengurangi emisi rumah kaca, diramalkan pada tahun 2100, suhu udara global akan meningkat dalam kisaran 1,4 sampai 5,8 derajat Celcius. Dampaknya bisa meningkatkan penguapan di udara serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara," jelasnya.

Karena itu, dia mengingatkan, momentum Indonesia yang ditunjuk sebagai tuan rumah Konferensi Antarbangsa untuk Perubahan Iklim ke-13 yang akan berlangsung di Bali, Desember 2007, harus dimanfaatkan secara maksimal. Forum itu diharapkan membawa hasil positif agar semua negara bertanggung jawab untuk memperbaiki iklim.

Krisis Air

Sementara itu, sejumlah ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporannya, kemarin, menyebutkan, perubahan iklim dapat mengikis pasokan air di Amerika Utara serta menyulut percekcokan antara Amerika Serikat dan Kanada mengenai sumber daya air yang sudah tertekan oleh industri dan pertanian.

Makin banyak gelombang panas seperti yang menewaskan lebih dari 100 orang di Amerika Serikat pada 2006, badai seperti badai pembunuh yang menerjang Teluk Meksiko pada 2005, dan kebakaran hutan, tampaknya dapat terjadi di Amerika Utara.

Dampak paling luas akibat perubahan cuaca nantinya ialah masalah air di seluruh benua itu, termasuk kekeringan yang makin sering terjadi, kebanjiran di daerah perkotaan dan perebutan air dari Danau Raya, yang berbatasan dengan Amerika Serikat dan Kanada. [E-7/Ant]



Post Date : 12 April 2007