Ancaman Banjir Semakin Besar

Sumber:Kompas - 02 Februari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Jakarta, Kompas - Curah hujan pada tahun 2009 diperkirakan tidak setinggi tahun 2002 dan 2007. Meski demikian, potensi terjadinya banjir dan longsor semakin besar karena rusaknya lingkungan, terutama berkurangnya hutan dan vegetasi di perbukitan yang berfungsi menyerap air.

”Apabila kerusakan lingkungan tak segera ditanggulangi, anomali cuaca lokal akan sangat mudah menimbulkan banjir dan longsor,” kata Fadli Syamsudin, Manajer Geostech (Geo System Technology and Hazard Mitigation Laboratory) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), akhir pekan lalu.

BPPT menjalin kerja sama dengan Japan Agency for Marine Earth Science and Technology (Jamstec) dalam program Harimau (Hydrometeorological ARray for Intra-seasonal variation Monsoon AUtomonitoring)— program kerja sama bidang riset cuaca dan iklim di Indonesia.

Indonesia tertinggi

Menurut Manabu D Yamanaka dari Jamstec, karena dikelilingi laut, curah hujan di Indonesia paling tinggi dibandingkan dengan 9 kawasan tropis lainnya di dunia, yaitu India, Indochina, Sahel, Afrika Tengah, Afrika Selatan, Amerika Tengah, Amazon, Brasil, dan Australia utara.

Indonesia memiliki kawasan pantai terpanjang, yaitu 33.300 kilometer, dan curah hujan rata-rata per tahun mencapai 2.632 mm. Adapun curah hujan di Afrika Tengah hanya 2.158 mm dan di Amazon 1.974 mm per tahun.

Berdasarkan hasil pantauan sistem radar Harimau dan dengan mengacu pada data historis cuaca dan iklim di Jabodetabek, menurut Wu Peiming dari Jamstec, curah hujan yang sangat tinggi di Pulau Jawa pada tahun 2002 dan 2007 disebabkan oleh munculnya empat anomali cuaca, yaitu La Nina, Madden Julian Oscillation, dan Angin Monsun Lintas Ekuator yang berskala regional, ditambah anomali cuaca berskala lokal yang berpola harian. (YUN)



Post Date : 02 Februari 2009