|
Ketika lebih dari 6.000 orang anggota delegasi dari 185 negara berkumpul di Bali International Convention Centre, Nusa Dua, Bali, mereka sebenarnya sedang mempertaruhkan kelangsungan hidup spesies manusia di muka bumi. Namun, perilaku mereka yang menyiratkan "seakan tidak terjadi apa-apa" begitu kental terasa sepanjang perundingan yang telah berlangsung 11 hari itu. Di hadapan mereka, penerima Penghargaan Nobel Perdamaian 2007 yang juga mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore, menyampaikan pidato tanpa teksnya selama 50 menit, Kamis (13/12) malam. Membuka pidatonya dengan pelukan hangat kepada Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Michel Jarraud, selanjutnya Albert Arnold "Al" Gore menyampaikan pesan kemanusiaan dan desakan untuk bertindak sesegera mungkin dengan menanggalkan segala isu politik dan isu diplomatik. "Kita, spesies manusia, menghadapi persoalan darurat di planet kita," tuturnya. Dia mengingatkan, 3.000 ilmuwan di Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC) baru saja mengingatkan bahwa akumulasi gas rumah kaca (GRK) telah memerangkap panas matahari lebih banyak lagi di atmosfer dan mengancam kestabilan keseimbangan iklim yang mengancam pembangunan peradaban manusia. Beberapa tahun sebelumnya dia mendapat laporan dari para ilmuwan bahwa es di kutub utara akan habis mencair pada akhir abad 21. Namun, tiga tahun lalu batas waktu itu bergeser menjadi tahun 2050, dan "Minggu ini mereka memberi tahu kita bahwa salju itu bisa lenyap sama sekali dalam lima atau tujuh tahun lagi," ujarnya. "Ketika krisis iklim dikatakan berdampak pada cucu kita, kita tetap diam saja. Ketika dikatakan berdampak pada anak kita, kita masih diam saja dan tidak berbuat apa-apa. Padahal, semua ini berdampak pada kita. Terserah, apa yang akan kita lakukan sekarang," tuturnya. Yang dibutuhkan saat ini, tambahnya, adalah sebuah "sense of urgency" yang tepat. Daftar bencana Dia kembali mengulang "daftar" bencana yang bakal dihadapi manusia di seluruh pelosok bumi. Mulai dari Afrika yang semakin kekeringan dan mengalami penggurunan luar biasa, juga di Hindu Kush dan di Himalaya yang semakin sering merasakan kekurangan air. "Semakin sulit untuk diabaikan," kata Al Gore. Dia meyakinkan bahwa tidak ada cara lain kecuali semua harus mau berkorban, sama seperti ungkapan Abraham Lincoln di masa krisis Amerika, "Kita harus mengorbankan diri kita sendiri baru kita bisa menyelamatkan negara kita." Pernyataannya itu langsung disambut tepuk tangan riuh sekitar 600 anggota delegasi yang memenuhi ruangan. "Kesempatan besar untuk berbuat sesuatu mengenai krisis iklim itu ada di Bali ini," tuturnya. Tidak lama lagi, tambahnya, anak-anak kita akan bertanya. Ada dua pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah, "Apa yang kamu pikirkan? Kamu tidak mendengar IPCC yang memberikan peringatan akan perubahan iklim yang empat kali mengingatkan kamu? Bahwa es di kutub akan mencair dan hilang? Akan terjadi banjir dan kekeringan?" Dan, pertanyaan kedua adalah, "Bagaimana kamu bisa memiliki keberanian moral seperti itu? Bagaimana kamu memulai proses itu?" Tinggal kita memilih.... (ISW/OKI/BEN) Post Date : 15 Desember 2007 |