Amankah Plastik untuk Kemasan Makanan?

Sumber:Suara Pembaruan - 05 Juni 2009
Kategori:Lingkungan

Ringan, kuat, tahan air dan bahan kimia, serta murah untuk memproduksinya, membuat plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Kini, dengan mudah diperoleh peralatan makan terbuat dari plastik berwarna-warni seperti gelas, sendok, dan garpu.

Tetapi, tahukah Anda apa dampaknya? Plastik atau polimer sintetis bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan.

PMCF and Company Data memperkirakan pada tahun 2005, pemakaian plastik 30 % dan kertas 42 %. Sedangkan, pada tahun 2010 pemakaian plastik naik menjadi 34 % dan kertas 40 %. Sedangkan, kemasan gelas (kaca) 11 % dan logam 14 %. Menurut Kepala Balai Sentra Teknologi Polimer Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Wawas Swathatafrijiah MSc, konsumsi plastik per kapita Indonesia/tahun adalah 9,5 kilogram (kg).

Jumlah ini lebih rendah dibanding Singapura 80 kg, Thailand 42 kg, dan Malaysia 64 kg. Konsumsi plastik tertinggi adalah Eropa Barat dan Amerika Serikat.

Meski demikian, negara-negara Eropa mampu "berdamai" dengan tingkat konsumsi plastik yang tinggi, karena ada proses daur ulang yang dilakukan secara intensif, sehingga sampah plastik tidak menjadi masalah. Seperti diketahui, kemasan ramah lingkungan adalah kemasan yang bisa didaur ulang (recycle), digunakan ulang (reuse), dan mengurangi sampah (reduce).

"Bahan untuk membuat plastik itu adalah minyak bumi, dengan mendaur ulang, maka pemakaian minyak bumi dihemat 8 %, mengurangi beban lingkungan, mengurangi konsumsi energi, dan berdampak pada ekonomi," kata Wawas.

Keamanan

Ada beberapa hal yang membuat aman atau tidaknya plastik sebagai kemasan, di antaranya jenis yang digunakan dan proses produksi oleh industri. Ir Yadi Haryadi PhD dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) menuturkan, jenis plastik yang relatif aman digunakan sebagai kemasan adalah polyethylene terephthalate (PET), high-density polyethylene (HDPE), low-density polyethylene (LDPE), dan polypropylene (PP).

Namun, pemakaian plastik yang relatif aman itu pun tak menjamin kemasan yang Anda gunakan aman. Pasalnya, keamanan ini masih bergantung pada proses produksi.

Industri kemasan kerap menambahkan bahan kimia tambahan (aditif) pada plastik. Seperti, pewarna dan bahan pelentur (plasticizer), yang beberapa di antaranya berbahaya bagi kesehatan manusia dalam jangka panjang.

Bahan kimia itu akan bereaksi bila kontak dengan makanan, khususnya makanan cair atau semi basah, panas, dan asam. Adanya kontak itu, ujarnya, memicu terjadinya perpindahan bahan kimia dari kemasan plastik ke makanan.

"Dalam jangka waktu lama dan bila terjadi terus- menerus dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan. Beberapa zat kimia terbukti memicu penyakit, seperti kanker dan gangguan reproduksi," ujar Yadi.

Ia mencontohkan, bakso dalam keadaan panas dibungkus dalam plastik atau gorengan yang kerap dibungkus dengan plastik berwarna hitam. Agar terhindar dari dampak buruk, kemasan dan peralatan makanan berbahan plastik, masyarakat hendaknya menggunakan kemasan berlabel food safe atau food grade berupa garpu dan sendok.

Label ini menunjukkan kemasan tersebut aman digunakan untuk kemasan makanan. Selain itu, juga agar tak terkecoh dengan label karena ada yang memalsukan, masyarakat bisa mengenali dari produsennya (apakah sudah dikenal atau tidak), merek dagang dipatenkan, serta kemasan diakui oleh badan pengawas semacam FDA di Amerika Serikat, dan BPOM di Indonesia.

"Jangan tergiur dengan harga murah. Beli kemasan atau wadah yang asli. Bila ada instruksi penggunaan wadah, maka ikuti instruksinya," tambah Yadi. [SP/Nancy Nainggolan]



Post Date : 05 Juni 2009