|
Jakarta, Kompas - Alternatif lokasi pembanding yang menggunakan teknologi serta perolehan hasil serupa dengan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bojong, Bogor, saat ini sangat diperlukan. Hal itu untuk meredakan konflik berkepanjangan antara warga dan pengelola TPST Bojong yang dikhawatirkan makin meluas antara warga dan pemerintah dalam konteks hak asasi manusia. "Saya sudah menyampaikan kepada Pemerintah DKI Jakarta agar mencari investor lain untuk membentuk TPST pembanding di lokasi Jakarta sendiri. Dengan demikian, diharapkan warga yang menolak keberadaan TPST Bojong sekarang dapat memperoleh pemahaman sesuatu yang ingin dicapai dan menerima TPST Bojong," kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar kepada Kompas, Rabu (8/6), seusai dialog Gerakan Sadar Sampah yang digelar Jaringan Delta Female Indonesia. Dalam penentuan alternatif lain, menurut Rachmat, tetap diperlukan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Hal itu supaya tidak mengulang penolakan warga seperti yang terjadi di Bojong. Menurut Rachmat, penolakan warga terhadap TPST Bojong akibat kesalahan awalnya, yaitu dimulai dari amdal yang tidak memadai, sehingga menimbulkan konflik berkelanjutan. "Sebetulnya, penolakan warga terhadap TPST Bojong merupakan persoalan warga dengan pengusaha swasta yang berhak mengelola. Tetapi, sekarang konflik itu meluas antara warga dan negara dalam konteks hak asasi manusia," kata Rachmat. Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Rama Boedi pada kesempatan itu juga mengatakan, selama ini Pemerintah DKI memang tak dapat berbuat banyak untuk menangani konflik warga dengan pengelola TPST Bojong. "Pemerintah DKI juga belum bisa menetapkan alternatif lokasi lain untuk TPST," kata Rama. Sadar sampah Dalam dialog Gerakan Sadar Sampah yang dihadiri Rachmat serta Rama Boedi kemarin, juga tampak hadir di antaranya Jan H Steffen dari Unesco, Sri Bebassari (Asosiasi Persampahan Indonesia), M Yusril (Yayasan Kirai), beberapa orang peduli lingkungan, serta wartawan. "Pada 18 Juni 2005 akan ada launching Gerakan Sadar Sampah di Carrefour Cempaka Mas, Jakarta Pusat. Konsumen bisa mengedrop sampah anorganik ke Carrefour. Hal ini untuk menyosialisasikan proses pemilahan sampah dimulai dari setiap rumah tangga," kata Pemimpin PT Jaringan Delta Female Indonesia (JDFI) Malik Syafei Saleh. Gerakan Sadar Sampah di Carrefour Cempaka Mas dengan mengedrop sampah anorganik dari setiap rumah tangga itu akan berlanjut setiap hari antara pukul 10.00 hingga 16.00. Gerakan ini merealisasikan pemilahan sampah anorganik dan organik dari setiap rumah tangga. (NAW) Post Date : 09 Juni 2005 |