|
Bandung, Kompas - Universitas Pendidikan Indonesia meluncurkan alat pembakaran sampah berkapasitas empat meter kubik per jam. Alat ini direncanakan sebagai media untuk mendidik masyarakat agar mampu memelihara lingkungan bersih, nyaman, dan layak ditinggali. Demikian dikatakan Prof Sunaryo Kartadinata, Rektor UPI, saat peluncuran sekaligus uji coba alat pembakar sampah di kampus UPI, Senin (13/2). UPI ingin menerapkan teknologi untuk kepentingan pendidikan, kata Sunaryo. UPI ingin alat ini bisa dimanfaatkan masyarakat dan tidak ingin mengomersialkannya, ujar Sunaryo. Dengan menerapkan langsung teknologi di kampusnya, ujar Sunaryo, UPI berharap menjadi lebih lincah, gesit, dan efisien dalam menyelesaikan masalah. Khusus alat pembakaran sampah, UPI membuatnya bersama para mahasiswa bekerja sama dengan Center of People Empowerment for Substainable Development (CPESD) selama sekitar tiga bulan. Alat itu mampu membakar sampah empat meter kubik per jam dengan bahan bakar 10 liter minyak tanah dan 15 liter solar. Sementara saat ini UPI menghasilkan sampah sekitar 3-5 meter kubik per hari. Sampai saat uji coba, Sunaryo mengakui masih banyak hal yang harus dikerjakan untuk menyempurnakan alat pembakaran tersebut. Selain itu, UPI juga belum memiliki tempat khusus untuk menampung atau mengolah abu hasil pembakaran sampah. Pada awal penggunaannya, alat pembakar ini akan digunakan untuk membersihkan sampah di dalam kampus. Namun, hal ini tidak mengurangi tanggung jawab Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung terhadap sampah di kampus UPI. Secara kelembagaan sampah tetap tanggung jawab pemerintah kota melalui PD Kebersihan, namun kami sebagai lembaga pendidikan ingin membersihkan kampus sendiri, ujar Sunaryo Dia mengatakan, kolaborasi antara Pemkot Bandung dan UPI dalam penanganan sampah kemungkinan bisa dilakukan. (ynt) Post Date : 14 Februari 2006 |