|
Batu, Kompas - Banjir dan tanah longsor di Jawa Timur yang terjadi mulai Selasa (3/2) malam menghancurkan beberapa infrastruktur Daerah Aliran Sungai Brantas. Tujuh dam jebol di Kota Batu, empat jembatan hanyut di Kota Malang, dan tanggul bobol di Kabupaten Mojokerto. Hujan juga menyebabkan sedikitnya empat titik longsor yang sampai Kamis kemarin masih menyulitkan jalur transportasi antara Batu menuju Mojokerto. Namun, jalan dari kawasan Kabupaten Malang dan Kota Pare, Kediri, sudah bisa dilalui kembali setelah putus tertimbun tanah longsor. Sampai kemarin korban banjir bandang ini tetap disebutkan tiga orang tewas dan satu orang hilang. Pemerintah daerah setempat pun mulai menghitung jumlah kerugian yang diderita. Gubernur Jawa Timur (Jatim) Imam Utomo meninjau lokasi bencana di Desa Kemasan Tani, Kecamatan Gondang, Mojokerto, kemarin. Ia menyesalkan penebangan liar di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Kromong dan Kali Pikatan sehingga menyebabkan banjir. Dalam kesempatan itu ia menyerahkan bantuan Rp 100 juta dan beras lima ton kepada Wakil Bupati Mojokerto Iwan Soesilo di lokasi bencana. Selain itu, Imam mengungkapkan, pihaknya menganggarkan dana sebesar Rp 70 miliar untuk penanganan bencana alam. Aktivitas terganggu Sedikitnya empat jembatan penghubung antardesa di Kecamatan Gondang dan Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, rusak. Akibatnya, aktivitas perekonomian masyarakat serta aktivitas pendidikan yang bergantung pada keberadaan jembatan itu terganggu. Selain itu, diperkirakan 14.000 hektar tanaman padi puso. Salah satunya adalah jembatan yang menghubungkan Desa Wiyu di Kecamatan Pacet dengan Desa Padi di Kecamatan Gondang. Akibatnya, murid-murid SMP Negeri 2 Pacet terpaksa diliburkan sejak hari Rabu lalu. Belum surut Di Jawa Tengah banjir besar akibat luapan Sungai Tuntang di Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, hingga Kamis kemarin belum surut. Kondisi ini menyebabkan sedikitnya 75 keluarga dari Desa Rowosari masih bertahan di tempat pengungsian, Balai Desa Kapung, sekitar empat kilometer dari desa mereka. Warga yang bertahan di pengungsian sepenuhnya menjalani hidup dari bantuan pangan yang berasal dari dapur umum, yang dibangun Pemerintah Kabupaten Grobogan di balai desa tersebut. Pengamatan Kompas di Kecamatan Gubug menunjukkan, air juga masih menggenangi enam desa di sana, termasuk 1.000 hektar lebih sawah yang siap panen maupun tanaman padi tengah berbulir. Jalur utama jalan Semarang-Grobogan juga belum pulih setelah jalan longsor di dua tempat, yakni di Desa Gubug dan Desa Kemiri, Kecamatan Gubug. Jalan utama Semarang-Grobogan yang melintas Gubug juga masih putus. Jalan yang ambrol di Desa Gubug itu kini tengah diperbaiki. Angin kencang Di Bali satu orang dilaporkan tewas dan ratusan rumah serta belasan pura dan sekolah di tiga kabupaten, yakni Buleleng, Bangli, dan Karangasem, rusak parah akibat sapuan angin kencang yang menerjang Bali pada Selasa hingga Rabu dini hari lalu. Angin kencang yang disertai hujan deras itu juga menyebabkan tumbangnya puluhan tiang listrik dan tanah longsor. Seorang warga Dusun Dalem Pura, Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Wayan Surji (80), ditemukan tewas tertimpa reruntuhan rumah. Dari Karangasem dilaporkan, Nyoman Lain (47) alias Kolok, warga Dusun Tinjalas, Banjar Seraya Timur, Kecamatan Karangasem, selamat setelah sempat diduga tewas tertimbun bangunan rumahnya. "Tuhan masih melindunginya, padahal ia sedang berada di dalam rumah ketika rumahnya roboh diterjang angin kencang," kata Kepala Kepolisian Resor (Polres) Karangasem Ajun Komisaris Besar Martanto yang dihubungi kemarin. Angin kencang dan hujan deras juga menyebabkan banjir bandang di daerah Buleleng. Rusak parah Kerusakan terparah terjadi di Desa Seraya, Kabupaten Karangasem. Kerusakan bangunan meliputi rumah penduduk, gedung sekolah, dan pura terjadi di tiga banjar di desa tersebut, yaitu Banjar Seraya Barat, Seraya Tengah, dan Seraya Timur. Hingga kemarin tercatat sedikitnya 405 rumah di tiga banjar itu rusak, mulai dari rusak ringan (97 rumah), rusak sedang (185 rumah), hingga rusak berat (123 rumah). Sejauh perjalanan menuju perkampungan di Seraya, Karangasem, Kamis petang, terlihat banyak pohon tumbang, beberapa di antaranya menimpa badan jalan. Namun, pohon-pohon tumbang itu sudah disingkirkan ke tepi jalan sehingga tidak lagi mengganggu lalu lintas kendaraan. Tidak hanya rumah, angin kencang saat itu juga mengakibatkan tiga gedung sekolah, tiga balai banjar, dan 15 pura di desa itu rusak. Awal Januari 2004 kabupaten ini juga mengalami bencana alam gempa bumi. Akibat gempa berkekuatan 6,1 pada skala Richter, sebanyak 4.101 rumah penduduk rusak. Di Bangli, sapuan angin kencang dan hujan deras merusak bangunan rumah penduduk, toko, dan restoran, serta menumbangkan tiang-tiang listrik di kawasan wisata Kintamani. Dampak bencana alam ini juga dirasakan warga di Susut dan Bangli, dua kecamatan yang berdekatan dengan Kintamani. Tidak ada korban jiwa akibat bencana alam tersebut. Angin kencang disertai hujan deras itu, menurut Kepala Seksi Bimbingan dan Pelaksanaan Program Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah III di Tuban, Badung, Budi Sunarso, disebabkan arus turbulensi awan konveksi (cumulonimbus) yang aktif di Bali sampai Nusa Tenggara. Hal itu diperparah dengan terjadinya anomali suhu permukaan laut di sekitar Bali sampai Nusa Tenggara yang bertambah sekitar 1 derajat Celsius. "Ini fenomena umum. Belum dapat dikatakan badai," kata Budi. (COK/ANS/WHO/S03/ S05/L11/L02/TAV) Post Date : 06 Februari 2004 |