Palembang, Kompas - Ribuan warga Kecamatan Sematang Borang dan Sako, Kota Palembang, Sumatera Selatan, mengeluhkan terhentinya layanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Musi selama tiga hari terakhir. Kondisi ini tak hanya mengganggu ibadah puasa Ramadhan, tetapi juga menambah beban ekonomi warga miskin dan pengusaha kecil karena harus mengeluarkan uang ekstra guna membeli air bersih.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Rabu (1/9), krisis air bersih ini dirasakan warga yang bermukim di perkampungan dan perumahan sederhana. Sebagian besar permukiman warga tersebut berada di pinggiran kota, yang berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin.
Mengacu pada data kependudukan Kota Palembang, krisis air bersih ini dialami sekitar 1.000 keluarga yang tinggal di Kecamatan Sematang Borang dan Sako. Suplai air bersih dari PDAM Tirta Musi untuk kedua kecamatan itu berasal dari instalasi pengolah atau booster Sako.
Menurut Irawan Hamdani (35), warga Kelurahan Sematang, pelayanan air bersih dari PDAM ini sudah berhenti selama tiga hari sejak Senin (30/8) sampai Rabu. Dia mengeluhkan kondisi itu karena PDAM selama ini jadi andalan utama dalam penyediaan air bersih di rumahnya .
”Karena layanan PDAM mati (tak jalan), kami sekeluarga terpaksa menggunakan air sumur yang warnanya kekuningan untuk mandi. Sementara untuk keperluan memasak dan minum harus membeli air minum dari pedagang keliling,” kata Irawan.
Krisis air bersih ini dirasakan semakin berat karena terjadi pada saat Ramadhan. Nirwan Bakrie (49), warga Kelurahan Sialang, menuturkan, ibadah puasanya terganggu gara-gara air bersih tidak mengalir selama lebih dari dua hari. ”Ibadah terganggu karena setiap pagi dan siang harus bolak-balik mengambil air dari sumur umum berjarak 2 kilometer untuk mandi empat anggota keluarga saya. Ini memberatkan karena dilakukan dalam situasi sedang berpuasa,” kata Nirwan.
Namun, bagi seorang kepala keluarga yang berpenghasilan pas-pasan, seperti Nirwan, aktivitas mengambil air dari sumur umum ini menjadi pilihan terbaik ketimbang harus membeli air bersih hanya untuk mandi. Paling tidak, dia harus mengeluarkan uang Rp 40.000 per hari untuk membeli 20 liter air bersih mengingat 1 liter air bersih dijual seharga Rp 2.000.
Nursyahbani (39), pemilik Rumah Makan Minang Maimbau di Jalan Musi Raya, Kecamatan Sako, sudah tiga hari ini harus mengeluarkan biaya Rp 30.000 per hari untuk membeli 15 liter air bersih akibat layanan air bersih PDAM tidak berfungsi. Bagi pengusaha kecil, seperti Nursyahbani, pengeluaran sebesar Rp 30.000 itu jelas memberatkan dengan mempertimbangkan menurunnya pendapatan selama Ramadhan.
Listrik padam
Menurut Akbar (37), anggota staf pelayanan pelanggan PDAM Unit Sako, pelayanan air bersih terhenti karena aliran listrik di Kecamatan Sako dan Sematang Borang sering padam serta kerusakan kumparan mesin.
”Sudah dua hari ini pemadaman listrik terjadi pada pagi hingga siang hari. Padahal, itu merupakan saat bagi kami untuk mengalirkan air. Jika listrik padam, mesin tidak bisa berfungsi. Selain itu, juga ada kerusakan teknis pada bagian kumparan mesin. Diperkirakan, layanan PDAM normal pada Kamis ini,” katanya. (ONI)
Post Date : 02 September 2010
|