DEPOK -- Meski kemarin diperingati sebagai Hari Air Sedunia, ternyata air sebagai kebutuhan primer manusia belum terpenuhi secara baik di Ibu Kota. “Baru sekitar 40 sampai 50 persen penduduk Jakarta yang bisa mengakses air minum bersih,” kata Setyo Sarwanto Moersidik, pakar teknik lingkungan dari Fakultas Teknik Indonesia, dalam seminar Pencemaran Air Minum, Dampak dan Solusinya, di Universitas Indonesia kemarin.
Menurut Setyo, pencemaran bakteri E. coli di sumur penduduk DKI Jakarta sangat tinggi. "Dalam pantauan lima tahun terakhir, sekitar 80-90 persen sumur terkontaminasi bakteri E. coli tinja," ujarnya. Bahkan 28 persen air PDAM juga tercemar bakteri ini. “Karena sekitar 40 persen pipa mengalami kebocoran, jadi airnya ikut tercemar.”
Padahal bakteri E. coli serta salmonella merupakan penyebab diare dan tifus. "Dalam 1 gram feses manusia yang mencemari air, terdapat 10 juta bakteri E. coli dan untuk penderita, terdapat 10 juta salmonella," ujar Sumengen Sutomo, Pakar Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Akibatnya, tingkat penyakit yang ditularkan melalui air minum dan air untuk kebersihan masih cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Universitas Indonesia pada 2007, prevalensi diare di Jakarta mencapai 8 per seratus. "Ini tergolong tinggi," kata Sumengen. Hanya, masyarakat saat ini sudah menganggap diare sebagai penyakit sehari-hari yang dianggap sepele.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa sumur bor atau pompa menjadi pilihan utama masyarakat Ibu Kota untuk memenuhi kebutuhan air minum (34,5 persen), disusul air kemasan (27,5 persen), air ledeng eceran (24,4 persen), air ledeng meteran (11,3 persen), dan sumber lain yang persentasenya sangat kecil.
Namun Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emmawati mengklaim 80 persen penduduk Jakarta bisa mengakses air minum bersih. "Ini bila kita menghitung penduduk yang mengkonsumsi air minum isi ulang," ujarnya dalam kesempatan terpisah.
Data terakhir menunjukkan jumlah penduduk yang terjangkau air PDAM mencapai 516.868 keluarga. "Itu sekitar 50 persen keluarga di Jakarta," ujarnya. Dien juga mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan pengawasan terhadap depo-depo air minum isi ulang. "Dari Sudin juga dikeluarkan sertifikat laik sehat," ujarnya.
Mengenai air tanah, Dien mengakui kondisinya buruk sekali. "Ini karena jarak antara WC dan sumur dekat sekali, padahal syaratnya 10-15 meter," katanya. Mengingat kondisi permukiman Jakarta sudah sangat padat, kata Dien, persyaratan jarak minimal ini tidak lagi diperhatikan masyarakat.
Adapun penyebab diare, Dien menambahkan, bukan hanya dari air minum yang tidak bersih, tapi juga buruknya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). "Kalau airnya bersih, tapi saat makan tangannya kotor, kan sama saja.” RATNANING ASIH | SITA
Post Date : 22 Maret 2011
|