|
Indramayu, Kompas - Sekitar 20.000 hektar areal persawahan padi di Kecamatan Krangkeng, Kedokan Bunder, dan Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, saat ini tergenang air. Akibatnya, masa tanam padi di ketiga kecamatan tersebut mundur dua hingga tiga bulan. "Areal persawahan di wilayah tersebut tidak terlayani saluran irigasi teknis sehingga mengandalkan air hujan. Akan tetapi, dengan curah hujan yang relatif tinggi, maka terjadi genangan air," kata Kepala Subdinas Pertanian Pangan, Dinas Pertanian, Kabupaten Indramayu, Muhaimin, Selasa (18/1) di Indramayu. Ia mengatakan, dari 20.000 hektar areal persawahan yang tergenang air, hanya 10.000 hektar yang masuk kategori berat sehingga harus memundurkan waktu tanam berbulan-bulan. Saat ini areal persawahan yang telah ditanami padi sekitar 90.000 hektar, dari proyeksi 109.209 hektar. "Harus dibedakan antara areal persawahan yang tergenang air dan yang mengalami banjir. Bila persawahan tergenang, biasanya belum ditanami, sebaliknya bila terkena banjir, area persawahan telah ditanami, dengan konsekuensi rusaknya tanaman padi yang telah ditanam sehingga harus kembali melakukan pembenihan dan penanaman," kata Muhaimin. Dia mengatakan, tahun 2005 ini, baru sekitar ratusan hektar sawah di Indramayu yang terkena banjir. "Ini baru sedikit sebab pada Januari 2004 setidaknya terdapat 13.000 hektar sawah yang terkena banjir," kata Muhaimin. Menurut dia, terdapat anomali cuaca dengan mundurnya musim hujan. Di Indramayu bagian timur, yang kebanyakan bertani di sawah tadah hujan, biasanya puncak masa tanam terjadi pada Desember, tetapi tahun ini diperkirakan pada Januari-Februari sebab musim hujan bergeser. Muhaimin memperkirakan genangan ataupun banjir masih dapat meluas sebab puncak curah hujan belum terjadi. Seorang pemilik Pengilingan Beras Annur, Anaya (40), warga Desa Kapetakan, Kabupaten Cirebon, mengatakan, para petani di Kecamatan Krangkeng, Indramayu, maupun Kapetakan, Kabupaten Cirebon, telah terbiasa memundurkan musim tanam padi. "Petani di wilayah ini mempunyai kebiasaan menanam padi terlambat pada bulan ketiga dibandingkan dengan para petani di wilayah Sukra, yang berada di Indramayu barat. Hal ini dilakukan untuk menyiasati alam, yakni ketika sawah tergenang air. Sebab, bila terburu- buru menanam padi, hasilnya pun tidak maksimal," kata Anaya. Dalam pengamatan di lapangan, tidak ditemukan banjir dalam skala besar di wilayah- wilayah langganan banjir seperti Cantigi, Lohbener, Malangsumirang, Kandanghaur, Bongas, Sukra, dan Jatibarang. "Kalau ada luapan dari saluran irigasi teknis, itu biasa," ujar Muhaimin. Banjir juga tidak ditemukan di kawasan Balongan, Sindang, Widasari, dan Jatibarang. Kawasan di sekeliling saluran irigasi teknis di Desa Rambatan Kulon, Desa Teluk Agung, Desa Legok, Desa Leuwigede, dan Desa Ujung Jaya, yang beberapa di antaranya dialiri air dari Waduk Jatitujuh, juga belum mengalami banjir. (RYO) Post Date : 19 Januari 2005 |