Palu, Kompas - Setiap hari, sekitar 3 ton sampah di Kota Palu, Sulawesi Tengah, tidak terangkut akibat minimnya armada pengangkut sampah. Kondisi ini diperparah tidak adanya angkutan gerobak dari rumah-rumah warga, termasuk kesadaran masyarakat untuk mengangkut sampah ke tempat pembuangan sementara.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu Hidayat Lamakarate, Minggu (25/4), mengatakan, produksi sampah di kota berpenduduk 309.032 jiwa itu mencapai 9 ton per hari, sementara jumlah armada sampah hanya 20 unit. ”Yang bisa diangkut hanya 6 ton. Idealnya, harus ditambah lagi 10 armada (pengangkut sampah),” katanya setengah mengeluh.
Akibat tumpukan sampah, kerumunan lalat tampak di mana- mana, mulai dari permukiman masyarakat, sudut-sudut jalan atau gang, lahan kosong, hingga sekolah-sekolah.
Kasus DBD
Kepala Bidang Pengendalian Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Palu Ketut Suryayasa menduga, meningkatnya kasus demam berdarah dengue (DBD) dan diare di Palu belakangan ini, antara lain, karena lingkungan yang tidak sehat.
Awal tahun ini terjadi lonjakan DBD dibandingkan dengan tahun lalu. Januari 2009 kasus DBD hanya 71 kasus, sedangkan Januari 2010 tercatat 143 kasus.
Februari kasus DBD juga melonjak dari 56 kasus pada 2009 menjadi 273 pada 2010.
Maret tahun lalu kasus DBD 70 kasus. Tahun ini, hingga pertengahan Maret 2010 saja, sudah tercatat 67 kasus.
Masalah persampahan di kota seluas 395,06 kilometer persegi itu tak terpecahkan selama beberapa tahun terakhir. Upaya Pemerintah Kota Palu belajar penanganan sampah di Korea Selatan dan Swedia tahun lalu belum juga membuahkan hasil. Perjalanan ke luar negeri itu malah dikecam banyak pihak, termasuk kalangan DPRD Kota Palu. Hal itu dinilai hanya membuang-buang biaya tanpa hasil yang jelas. (REN)
Post Date : 26 April 2010
|