Akibat Krisis Air, Warga Sulit Peroleh Air Wudu

Sumber:Pikiran Rakyat - 03 November 2006
Kategori:Air Minum
KRISIS air bersih yang terjadi di Indramayu tampaknya memang luar biasa. Bahkan Direktur Teknik (Dirtek) PDAM setempat, Memet Junaedi, mengakui kalau kelangkaan air bersih kali ini merupakan yang terburuk dalam sejarah krisis air di daerah pesisir pantura.

Ribuan, atau bahkan mungkin puluhan ribu warga menjerit kesulitan air bersih. Krisis ini tentu tidak main-main mengingat air merupakan sumber kehidupan, sumber dari seluruh kegiatan keseharian.

Saking parahnya krisis air akibat kemarau panjang tahun 2006 ini, sampai-sampai untuk mengambil air wudu pun warga mengalami kesulitan. Menurut Iyah (29), warga Blok Kompleks Guru di Ds./Kec. Sindang, dalam sepekan ini dirinya dan warga lainnya kerepotan bila akan melakukan ibadah salat. "Jangankan untuk mandi, untuk wudu pun kita kesulitan. Masa kita harus tayamum," ujar Iyah yang dibenarkan para warga lainnya.

Di masjid dan musala setempat, persediaan air sama sekali sudah tidak ada. Bak penampungan atau keran yang dihubungkan langsung dengan PDAM sudah tidak berisi air. Ketiadaan air itu, salah satunya melanda musala di blok yang hanya berjarak sekira 500 meter dari Kantor Kecamatan Sindang. Untuk salat, warga terpaksa wudu dengan air yang sangat sedikit. "Wudunya dengan air segayung. Itupun diirit-irit," ujar Iyah.

Warga yang hendak salat atau mengaji sering dibuat kecele. Saat mau masuk masjid atau musala di mana mereka harus lebih dulu berwudu, air sama sekali tidak keluar dari keran. "Yang keluar bukannya air, tapi angin. Jangan-jangan PDAM sekarang ini telah berubah, bukan perusahaan air minum, tapi perusahaan angin minum, wah bisa-bisa malah masuk angin," ujar warga bernama Atin (42).

Tak hanya itu, krisis juga telah membuat warga setempat harus begadang sampai dini hari hanya untuk memperoleh air. Itu pun ternyata tidak ada jaminan, bahkan pada Kamis dini hari, meski sudah begadang sampai pukul 02.00 WIB, keran tidak juga mengalir.

Mandi harus ngungsi

Lebih jauh, Iyah mengaku sebagian besar warga setempat sudah tidak bisa mandi normal minimal 2 kali sehari. "Karena air sangat terbatas, terpaksa mandi satu kali sehari. Itu pun mandinya harus ngungsi ke rumah kakak yang memiliki sumur bor. Untuk mandi saya terpaksa mengungsi," ujar Iyah.

Lain lagi yang dialami warga di sejumlah daerah terpencil di Sindang seperti di Ds. Panyindangan Wetan dan Kulon atau dikenal daerah Pecuk. Untuk mendapatkan air, mereka harus menempuh jarak sejauh 5 km, atau untuk mendapatkan air hanya satu blong (berisi 35 liter) bisa setengah hari. "Kerannya hanya ngicir. Sudah antre lama, giliran dapat air harus lama, sebab bak sudah habis, keran yang ada airnya kecil sekali," ujar Dalop (15), warga Panyindangan Kulon.

Warga di daerah terpencil itu terpaksa membatasi penggunaan air bersih yang diperolehnya hanya untuk masak dan air minum. Sedangkan untuk MCK (mandi, cuci dan kakus), warga terpaksa mandi di sungai. Ada dua pilihan kalau untuk mandi. Bila ingin cepat dan tidak jauh, maka harus mandi di Sungai Cimanuk bagian hulu yang sudah payau karena interusi air laut. "Kalau mau mandi air dingin atau tawar, harus ke Sungai Pecuk, tapi jaraknya 4 kilometer," ujar Maskara (14), warga Panyindangan Wetan.

Tak hanya daerah terpencil, masyarakat Kota Indramayu ternyata juga mengalami kesulitan tak jauh berbeda. Mereka yang merupakan pelanggan PDAM meminta institusi itu lebih gesit dan tangkas mengatasi krisis air bersih. "PDAM harus koordinasi dengan berbagai pihak. Jangan merasa bisa mengatasi sendiri. Kami juga maklum kalau ini terkait dengan fenomena alam, tapi bukan berarti tidak berusaha maksimal," ujar seorang warga Kota Indramayu yang merupakan pelanggan PDAM tanpa bersedia disebut identitasnya. (Agung Nugroho/"PR")



Post Date : 03 November 2006