|
Musim kemarau ini mengakibatkan debit air sungai di Kalimantan Selatan turun drastis sehingga intrusi atau penyusupan air laut dari muara semakin jauh ke arah hulu. Masyarakat tepian sungai yang biasa bergantung pada sungai kini sudah tidak bisa menggunakan air sungai karena terasa asin. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, juga terimbas intrusi air laut tersebut. Salah satu intake (saluran masuk) bahan baku PDAM yang kapasitasnya mencapai 500 liter per detik sudah tidak bisa digunakan lagi untuk menyuplai pelanggan. Direktur Bidang Teknik PDAM Bandarmasih Fajar Desira yang ditemui di Banjarmasin, Rabu (7/7), menjelaskan, saat ini intrusi air laut sudah di atas ambang normal. Air sudah tidak bisa digunakan, baik oleh masyarakat secara langsung maupun melalui proses pengolahan yang dilakukan PDAM. "Saat ini salinitas atau kadar garam di intake kami di Sungai Bilu sudah mencapai 5.000 miligram per liter, padahal ambang batas normalnya hanya 250 miligram per liter," papar Fajar. Kondisi ini membuat PDAM menghentikan penggunaan air dari intake Sungai Bilu. Akibatnya, PDAM harus kehilangan bahan baku sekitar 500 liter per detik dari total kebutuhan 1.100 liter per detik. Beruntung PDAM Bandarmasih sudah menyelesaikan instalasi di Sungai Tabuk sehingga untuk sementara ada pengganti pasokan bahan baku. "Kami terpaksa mengganti- nya dari intake Sungai Tabuk dan saluran irigasi Riam Kanan," ujar Fajar. Dari intake Sungai Tabuk bisa dipasok 900 liter per detik, dan dari saluran irigasi Riam Kanan secara fluktuatif sekitar 400 sampai 500 liter per detik. Dengan dua sumber bahan baku itu, sementara pasokan PDAM masih aman. Namun, jika kemarau berlanjut dan debit dari irigasi Riam Kanan turun drastis, PDAM akan menemui kesulitan baru. "Kami berdoa dari saluran irigasi tidak terlalu bermasalah pada puncak kemarau nanti," katanya. Beli air Akibat intrusi air laut yang masuk ke sungai-sungai, kini masyarakat tepian sungai "menjerit" karena tidak bisa lagi menggunakan air sungai untuk keperluan konsumsi. "Jangankan untuk diminum, untuk cuci muka saja mata saya sudah terasa pedih," tutur Mastiah, warga tepi Sungai Kelayan RT 05, Kelurahan Kelayan Tengah, Banjarmasin. Akibat intrusi air laut itu, warga harus membeli air bersih dari pedagang air jeriken keliling. "Pengeluaran untuk air bersih sehari saja sekitar Rp 2.000," kata Mastiah. (amr) Post Date : 08 Juli 2004 |