|
JAMBI - Sedikitnya 1.000 warga Kota Jambi yang rumah mereka terendam banjir selama dua pekan ini mengalami krisis air bersih dan pangan. Warga itu umumnya tinggal di rumah-rumah panggung yang berada di kawasan daerah aliran sungai (DAS) Batanghari. Sumur milik mereka terendam banjir. Disamping itu kekurangan pangan. Kondisi mereka memprihatinkan menyusul tidak bisa keluar rumah karena terisolir dari daratan akibat luapan sungai Batanghari. Kepala Subdinas (Kasubdin) Pengairan Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Provinsi Jambi Ir Nino Guritni kepada wartawan di Jambi, Senin (4/4) menjelaskan, warga Kota Jambi yang krisis air bersih dan terancam kekurangan pangan akibat banjir tersebut berada tersebar di 20 kelurahan dari lima kecamatan. Dikatakan, ratusan rumah panggung warga Kota Jambi yang terkepung banjir tersebar di Kelurahan Pulau Pandan, Legok, Buluran, Aur Duri wilayah Kecamatan Telanaipura. Selain itu, Kelurahan Kampung Tengah, Kampung Jelmu, Mudung laut, Tahtul Yaman dan Arab Melayu di Kecamatan Pelayangan. Ditambahkan krisis air bersih dan ancaman kekurangan pangan itu bertambah karena mereka semakin terisolir menyusul semakin meningkatnya luapan Sungai Batanghari. Sementara itu warga yang rumah-rumah panggung mereka terkepung banjir tersebut sama sekali belum mendapatkan bantuan air. Sementara itu Candra (30), warga Pulau Pandan dan Arifin Syukur (45), Ketua RT 03 Kelurahan Legok, kepada wartawan Senin (4/4) menjelaskan, semakin meluapnya Sungai Batanghari membuat mereka semakin sulit mendapatkan air bersih. Saat ini mereka terpaksa membeli air bersih Rp 200 per jeriken. Kemudian mereka juga kesulitan mendapatkan bahan makanan karena rumah-rumah panggung mereka terisolir. Untuk berbelanja ke pasar, mereka harus mengeluarkan ongkos pulang pergi Rp 5.000 per orang. "Kami juga makin cemas karena luapan Sungai Batanghari yang menggenangi pemukiman kami semakin tinggi. Sebagian rumah panggung warga setinggi satu meter dari tanah sudah terendam banjir. Karena itu sebagian warga kelurahan ini sudah mengungsi," kata Arifin Syukur. Berdasarkan pantauan Pembaruan pada alat pengukuran ketinggian permukaan Sungai Batanghari di wilayah Kota Jambi Senin (4/4), ketinggian luapan sungai sudah mencapai 14 meter, naik sekitar 10 Cm dibandingkan kondisi Sabtu (2/4) setinggi 13,90 meter. Menurut Kasubdin Pengairan Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi, ketinggian permukaan Sungai Batanghari pada hari Senin terpaut sekitar 37 Cm dari kondisi Siaga II dengan ketinggian permukaan Sungai Batanghari sekitar 14,37 meter. Sedangkan saat ini, banjir di Jambi dalam status Siaga I karena ketinggian permukaan sungai sudah melebihi 13,87 meter (batas Siaga I). Disebutkan, jumlah warga Kota Jambi yang harus mengungsi bila luapan permukaan Sungai Batanghari sudah mencapai status Siaga I 17,87 meter, adalah 594 kepala keluarga (KK). Mereka berada di 23 desa di lima kecamatan, yakni Kecamatan Danau Teluk, Pelayangan, Jambi Timur, Jambi Selatan dan Telanaipura. Jika banjir di Jambi sudah mencapai kondisi Siaga II dengan ketinggian luapan sungai 14,37 meter warga Kota Jambi yang harus mengungsi bertambah menjadi 2.580 KK. Mereka tersebar di 43 desa dan kelurahan di delapan kecamatan. Sedangkan bila banjir dalam kondisi Siaga III dengan ketinggian luapan sungai sekitar 14,87 meter, sekitar 4.300 KK warga Kota Jambi yang berada di 34 desa, delapan kecamatan harus mengungsi. (141) Post Date : 04 April 2005 |