Akibat Banjir, Jalan Rusak

Sumber:Pikiran Rakyat - 19 Januari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

KARAWANG, (PR). Banjir yang mulai surut menyisakan kerusakan cukup parah pada infrastruktur, terutama jalan dan tanggul. Di Kabupaten Karwang, Subang, dan Bekasi, sejumlah ruas jalan penghubung kecamatan terkelupas aspalnya, dan menyisakan bongkahan batu. Sementara warga yang terkena banjir akibat beberapa titik tanggul jebol, meminta perbaikan secara permanen agar terhindar dari ancaman limpasan air sungai.

Di Karawang, sepanjang 47 kilometer jalan kabupaten dan 5 kilometer jalan provinsi mengalami kerusakan. Menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Karawang Iyet Dimyati, perbaikan itu ditaksir membutuhkan biaya Rp 24 miliar, dengan perhitungan, perbaikan memakan biaya Rp 500 juta per kilometer.

Iyet menyatakan akan meminta DPRD meninjau ulang anggaran yang sempat diajukan. Pasalnya, biaya perbaikan jalan yang rusak akibat banjir tidak akan mencukupi jika mengandalkan biaya tak tersangka.

Selain jalan, dua tanggul yang jebol juga membutuhkan penanganan segera. Di tanggul Kampung Kaceot, Kelurahan Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat lebar tanggul yang jebol hingga 15 meter. Sementara di tanggul Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya, lebar jebolan hingga 80 meter.

Saat jebol, ketinggian air lebih dari 12 meter dan melimpas ke rumah warga. Karena tanggul semakin lembek, saat arus semakin kuat, tanggul pun jebol. Perbaikan tanggul secara permanen dibutuhkan tidak hanya di dua tanggul yang jebol beberapa hari lalu.

Wilayah Sungai Citarum yang melewati Kabupaten Karawang sepanjang 70 kilometer dari titik Tanjungpura Karawang Barat hingga Kecamatan Batujaya. Menurut Iyet, jika dibuat permanen sepanjang saluran induk tersebut, air tidak akan merembes dari bagian bawah dan menjebol tanggul.

Korban banjir yang tempat tinggalnya berdekatan dengan tanggul yang jebol di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang juga menuntut perbaikan tanggul tidak setengah-setengah. Pasalnya, tanggul itu sudah beberapa kali jebol dan air merendam rumah warga. Terakhir terjadi pada Februari 2007 lalu. "Kalau tidak diperbaiki dengan membuat tanggul yang kuat, setiap hujan besar dan ada banjir kiriman, rumah kami pasti terendam," ujar Surim (45), warga Dusun Tangkil, Minggu (18/1), yang hingga kini belum kembali ke rumahnya.

Selama ini, dua tanggul yang jebol itu hanya dibronjong , sehingga air tetap dapat merembes melalui pori-pori batu. "Lama-kelamaan kan, bronjong itu bisa jebol. Itu berbeda kalau dibuat secara permanen," kata Iyet.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Mujiadi menyebutkan, untuk saat ini perbaikan di dua tanggul yang jebol beberapa hari lalu tersebut sifatnya sementara. "Sekarang tanggul yang jebol itu hanya ditimbun atau ditutupi dengan karung-karung berisikan tanah. Yang penting tanggul dapat berfungsi kembali," ujarnya ketika dihubungi "PR".

Pilihan lainnya, Mujiadi mengatakan akan kembali memasang bronjong. Setelah air benar-benar surut, pihak BBWS Citarum berjanji akan memperbaiki kerusakan secara permanen di dua tanggul tersebut.

Sementara Wakil Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kab. Karawang, Deden Darmansyah mengatakan, di panitia anggaran, untuk biaya tidak tersangka sementara yang sedang dibahas sebesar Rp 3 miliar. "Itu untuk perbaikan infrastruktur dan substruktur," katanya.

Subang

Di Subang sejumlah ruas jalan penghubung kecamatan banyak yang aspalnya terkelupas akibat tergerus banjir. Pada badan jalan tersebut, hanya tersisa bongkahan batu belah yang sebelumnya dijadikan sebagai dasar jalan.

Selain itu, puluhan hektare tanaman padi di Desa Pinangsari dan Desa Rawamekar, Kec. Blanakan ada yang terlihat layu dan mati membusuk. Akan tetapi, hingga kemarin, belum diperoleh data pasti berapa hektare tanaman padi yang rusak dan yang bisa diselamatkan.

Minggu (18/1) kemarin, genangan banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Kab. Subang mulai surut. Ratusan pengungsi yang semula menghuni kolong jembatan layang Pamanukan pun telah kembali ke rumahnya masing-masing.

Bekasi

Sementara itu, meski di Kabupaten Bekasi hujan tidak lagi turun dalam dua hari terakhir, Kec. Muara Gembong, Kec. Cabang Bungin, dan Kec. Tarumajaya masih terendam air. Di Kec. Muaragembong air masih merendam enam desa. Tiga desa di antaranya yaitu Desa Pantai Mekar, Harapan Jaya, dan Jaya Sakti yang dilewati Sungai Ciherang, hanya surut 30 cm. Namun, ketinggian air masih mencapai 50 cm.

Tiga desa lainnya, yaitu Pantai Bakti, Pantai Bahagia, dan Pantai Sederhana yang dilewati Sungai Citarum sudah mulai surut dan ketinggian airnya kini tinggal sekitar 15 cm. Total, saat ini terdapat 2.100 kepala keluarga yang rumahnya masih terendam banjir.

Jebolnya beberapa tanggul di Kec. Muaragembong, seperti tanggul pinggir kali sepanjang 35 meter di Kampung Anyar, Desa Pantai Mekar, tanggul sepanjang 8 meter di Kampung Gedung Bokor, Pantai Bhakti, dan tanggul di Pantai Sederhana dan Pantai Bahagia masih belum diperbaiki. "Untuk itu, saya mengharapkan perhatian dan bantuan dari pemerintah kabupaten untuk segera memperbaiki tanggul-tanggul tersebut," tutur Camat Muaragembong, Muhajirin.

Muhajirin mengatakan, saat ini warga melakukan kerja bakti untuk memperbaiki tanggul di Pantai Mekar dengan menimbunnya menggunakan karung berisi pasir. Jika tanggul-tanggul tersebut bisa diperbaiki dan kembali berfungsi, paling tidak dapat membantu menahan luapan air sungai.

"Apalagi masih dikhawatirkan banjir akan datang lagi. Kalau tanggul tersebut tidak segera diperbaiki, dikhawatirkan luapan air sungai akibat hujan deras tidak lagi bisa ditahan dan semakin memperparah keadaan," kata Muhajirin.

 (A-186/A-106/A-153)

 



Post Date : 19 Januari 2009