Akhirnya Warga Baturetno Bisa Menikmati Air Bersih

Sumber:Media Indonesia - 22 Desember 2008
Kategori:Air Minum

SEMASA Orde Baru, mereka dililit problem air. Kini, mereka bisa menikmati air bersih. Bagi warga Dusun Pakel dan Lokjati, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kemalangan tatkala berurusan dengan air sudah menjadi kebiasaan yang rutin.

Mereka mesti berjalan kaki sepanjang dua kilometer untuk mendapatkan air dari sungai. Warga masih beruntung jika musim hujan dan buntung jika musim kemarau.

Air yang mereka reguk pun, yang berasal dari sungai, sudah pasti keruh dan kecokelatan. Makanya, jangan heran bila warga Baturetno lebih suka menuangkan kopi, ketimbang teh. ''Ini kebiasaan masyarakat agar air yang diminum tidak kelihatan keruh,'' kata Samsul Arifin, tokoh masyarakat setempat, kemarin.

Belum soal rebutan air untuk kepentingan persawahan. Menurut Samsul, akibat kelangkaan air inilah warga sering bersitegang. Makanya, air bagi 100 kepala keluarga di dua dusun itu ibarat emas. Barang langka yang mereka impi-impikan sejak masa Orde Baru.

Gara-gara kesulitan air pula, mayoritas penduduk yang 100% petani itu jatuh miskin. Produksi sawah mereka rendah dan mereka tidak mampu menopang kebutuhan hidup sehari-hari.

Akhirnya pada 2005, fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri menyambangi desa itu. Saat itu, Imron dan Susi dari tim PNPM Mandiri menemui Samsul dan Sukadir. Keduanya tokoh masyarakat dua dusun itu.

Singkat kata, musyawarah tingkat desa pun kemudian digelar secara maraton. Warga masyarakat atas bimbingan tim fasilitator, kemudian merumuskan, merancang, dan melaksanakan sendiri program itu.

Menurut Imron, masalah mulai muncul karena setelah beberapa kali tanah digali, air tidak kunjung muncul. Padahal pipa yang masuk sudah mencapai 50 meter.

Warga pun nyaris putus asa. Setelah dikaji ulang, air baru bisa disedot pada kedalaman di atas 100 meter. Warga bergotong-royong, mengebor untuk mendapatkan air sepanjang hari dan malam. Setelah bekerja keras selama tiga bulan, apa yang diimpi-impikan warga pun menyembul. Air bersih dari perut bumi tumpah keluar.

Cara mandi mereka pun berubah karena setiap rumah tangga membuat kamar mandi sendiri. Tidak hanya itu, antarwarga juga tidak lagi saling bersitegang. Mereka tidak lagi mesti berjalan kaki sepanjang dua kilometer untuk mereguk air. Sekarang tinggal putar keran, dan air pun mengalir. (AG/N-2)



Post Date : 22 Desember 2008