Air Waduk Sungai Pulai Susut 3,25 Meter

Sumber:Kompas - 30 April 2009
Kategori:Air Minum

Tanjung Pinang, Kompas - Air waduk Sungai Pulai yang menjadi sumber air baku untuk pengelolaan air bersih di Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau, menyusut sampai 3,25 meter. Jika air waduk menyusut sedalam 75 sentimeter lagi, pipa untuk menyedot air tidak dapat menyedot air baku di dalam waduk. Akibatnya, produksi air bersih terhenti dan Tanjung Pinang mengalami krisis air bersih.

Dari pengamatan Kompas, Rabu (29/4), pinggir waduk sudah mengering akibat air waduk menyusut. Selain curah hujan yang minim, penyusutan waduk disebabkan berbagai faktor. Faktor-faktor itu, di antaranya, daerah resapan air (catchment) yang terganggu, kawasan gundul akibat penambangan bauksit, dan adanya perkebunan kelapa sawit di sekitar daerah resapan air. Selain itu, penyusutan waduk juga diakibatkan perumahan penduduk di daerah resapan.

Kepala Seksi Produksi PDAM, PT Tirta Janggi, Abdur Razak menjelaskan, ketinggian air waduk dalam kondisi normal mencapai 4 meter. Namun, penyusutan selama beberapa bulan terakhir mencapai 3,25 meter.

Hal itu berarti, lanjut Razak, persediaan air baku yang dapat disedot pipa melalui pompa hanya tinggal setinggi 75 sentimeter.

Jika air baku menyusut lagi sedalam 75 sentimeter, pipa tidak dapat menyedot air baku. Produksi air bersih pun kemungkinan akan terhenti.

Jika hal itu terjadi, menurut Razak, salah satu solusi adalah memperpanjang pipa ke tengah waduk yang lebih dalam dan memperdalam pipa yang menyedot air.

Dengan demikian, pipa masih dapat menyedot air baku. Namun, upaya itu memakan waktu dan biaya yang sulit ditanggung PDAM saat ini.

Produksi air bersih di instalasi pengelolaan air Sungai Pulai sebesar 334 liter per detik dalam kondisi normal. Namun, saat ini volume produksi berkurang menjadi 234 liter per detik. Dengan pengurangan produksi itu, distribusi air bersih kepada masyarakat pun berkurang.

Masalah lingkungan

Selain curah hujan yang rendah, menurut Razak, penyebab penyusutan air baku waduk adalah masalah lingkungan di daerah resapan air seluas 751,80 hektar ”Daerah resapan sudah banyak yang terganggu,” katanya. Permasalahan lingkungan itu, misalnya, munculnya permukiman-permukiman warga di daerah resapan air.

Selain itu, menurut pemerhati lingkungan hidup Rasyid, adanya perkebunan kelapa sawit di sekitar daerah resapan juga memengaruhi ketersediaan air tanah atau air baku. ”Kelapa sawit termasuk tanaman yang menyerap banyak air tanah,” katanya.

Rasyid menambahkan, lahan yang gundul akibat penambangan bauksit di sekitar daerah resapan juga memengaruhi ketersediaan air baku di waduk.

”Lahan-lahan yang gundul tidak pernah direboisasi. Lahan-lahan itu ditinggalkan begitu saja,” katanya. (FER)



Post Date : 30 April 2009