Cianjur, Kompas - Mutu air Waduk Cirata, Jawa Barat, untuk air baku minum dan perikanan masuk kategori buruk. Ahli ekologi dan lingkungan dari Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC), Yaya Hudaya, Selasa (19/1), mengatakan, pada pengukuran tahun 2009, air Waduk Cirata masuk kategori eutrofikasi, yaitu tercemar oleh unsur hara yang berlebihan. ”Kami khawatir ini akan memicu pesatnya pertumbuhan alga,” katanya.
Alga, tumbuhan air berukuran mikro, berkembang biak dengan pesat akibat ketersediaan fosfat yang berlebihan. Hal ini akan menyebabkan permukaan air tertutup alga sehingga sinar matahari tidak bisa menembus permukaan, kadar oksigen terlarut menurun, dan ikan mati. Fenomena itu pernah terjadi di Waduk Saguling.
Peningkatan unsur hara di Waduk Cirata, antara lain, akibat erosi di daerah aliran sungai, endapan pakan ikan, serta meningkatnya tumbuhan air yang mengandung nitrogen dan fosfor.
Hasil penelitian BPWC menunjukkan kadar oksigen terlarut dalam air tahun 2009 hanya 1-2 miligram per liter di kedalaman 5 meter. Padahal, oksigen terlarut untuk perairan umum dan perikanan seharusnya minimal 3 miligram per liter.
Air Waduk Cirata juga tercemar bakteri E coli akibat cemaran air lindi dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat.
Yaya mengatakan, pada awal pembukaan TPA Sarimukti tahun 2007, kadar bakteri E coli di Sungai Cimeta, anak Sungai Citarum, mencapai 2,4 juta sel per 100 mililiter. Padahal, baku mutu E coli hanya 2.000 per 100 ml.
”Bayangkan, dalam segelas air, setengahnya sel E coli. Tahun 2009, kandungan E coli sudah turun menjadi 460.000 sel per 100 ml, masih tetap jauh di atas baku mutu. Penurunan terjadi setelah TPA Sarimukti membangun tanggul,” kata Yaya.
Danau Sentani
Pembuangan sampah rumah tangga dan industri dikhawatirkan merusak keelokan alam Danau Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua, dalam beberapa tahun mendatang. Danau seluas 9.360 hektar itu kini seperti bak pembuangan sampah besar.
Ketua Umum Badan Otorita Adat Sentani Franzalbert Yoku, Selasa, di Sentani mengatakan, sedimentasi mulai dirasakan warga beberapa tahun terakhir. Sedikitnya 11 sungai yang mengalir ke Danau Sentani mulai dangkal. Pendangkalan disebabkan aktivitas permukiman, penebangan pohon, dan perladangan di kawasan Cagar Alam Cycloops di dekat Danau Sentani.
Gubernur Papua Barnabas Suebu mengatakan, penyelamatan Danau Sentani dilakukan dengan mengarahkan aktivitas penduduk ke arah selatan Danau Sentani menuju Koya dan menjauhi wilayah Cycloops. (AHA/ICH)
Post Date : 20 Januari 2010
|