|
Gunung Kidul, Kompas - Fenomena kekeringan di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, menarik simpati banyak kalangan dari dalam dan luar negeri. Bantuan pun mengalir. Di antaranya berupa suplai air, bak penampungan, jaringan perpipaan, dan pembangunan subsistem sungai bawah tanah. Senin (18/9), air bersih dari mata air Krakalan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, telah diangkat dan mulai disalurkan bagi 225 keluarga atau 1.055 jiwa korban gempa pada empat desa di kecamatan itu. Dengan debit air 0,26 liter per detik, air dapat dimanfaatkan secara optimal melalui sistem pompa. Air disalurkan ke Desa Beji, Putat, Baran, dan Nglanggeran. Penyaluran air dibiayai oleh Bank Pembangunan Daerah Wonosari, yang sekaligus mendistribusikan 100 tangki air ke masyarakat yang kesulitan air di Kecamatan Semanu, Panggang, Tepus, dan Patuk. Dukungan swasta mengantisipasi sulitnya air di musim kemarau juga diwujudkan melalui penyediaan 120 bak penampungan air hujan bervolume 15 meter kubik, didanai oleh Bank BNI, beberapa waktu lalu. Bantuan asing yang sudah masuk di antaranya dari Japan International Cooperation Agency (JICA) yang meneruskan bantuan untuk interkoneksi sumber air Sistem Baron (Kecamatan Tanjungsari) dan Sistem Ngobaran (Kecamatan Saptosari). Pembangunan interkoneksi itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi seluruh masyarakat di wilayah selatan Gunung Kidul. Sejauh ini, air dari masing-masing Sistem Ngobaran dan Sistem Baron baru dapat melayani 17.840 jiwa di 24 desa yang terdiri atas 14.796 jiwa dari Sistem Ngobaran dan 3.044 jiwa dari Sistem Baron. Bantuan dari Kedutaan Besar Inggris berupa pengangkatan air di Goa Pego, yang akan dimanfaatkan oleh 585 keluarga di empat dusun pada Kecamatan Purwosari. Sementara proyek pengangkatan air di Bribin, yang didanai Jerman, sejauh ini masih dalam proses. Pengelolaan swadaya Bupati Gunung Kidul Suharto mengatakan, masyarakat tidak dapat lagi bergantung sepenuhnya pada bantuan droping air dari pemerintah setiap kali musim kemarau. Pihaknya mulai mengembangkan pengelolaan swadaya mandiri atas sumber-sumber air. Bagaimanapun, droping air hanya akan berlangsung sementara. Nantinya masyarakat harus mengelola sendiri pemanfaatan sumber-sumber air di wilayahnya untuk mengantisipasi problem kekeringan, tuturnya. Khaerudin, Kepala Subdinas Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Gunung Kidul, menambahkan, pemkab masih terus menginventarisasi sumber-sumber air di Gunung Kidul yang layak diangkat. Sejauh ini telah ditemukan sekitar 40 mata air dengan debit 0,25 liter hingga 1 liter per detik. Air tersebut nantinya akan dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Namun, pemkab akan terlebih dahulu mengupayakan pengangkatan airnya. (ITA) Post Date : 19 September 2006 |