Air Tanah Yogyakarta Kian Kritis

Sumber:Koran Sindo - 19 Maret 2011
Kategori:Air Minum

YOGYAKARTA– Kondisi air tanah di Yogyakarta semakin kritis. Meski masih musim penghujan, volume air tanah di sumur-sumur warga tidak sebanyak pada musim hujan tahun sebelumnya.

Kualitas air juga tidak sejernih beberapa tahun yang lalu. Supriyadi, 40, warga Jogoyudan, Jetis mengeluhkan kualitas air sumurnya yang sudah tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya. Pria yang menempati rumah di bantaran Kali Code ini mengaku tidak tahu pasti penyebabnya, apakah karena dampak banjir lahar dingin atau faktor lain.“Yang jelas,air sumur tidak sejernih sebelumnya.

Jika musim kemarau (air sumur dangkal) mungkin banyak lumpur yang terangkut sehingga airnya tidak jenih.Tetapi saat ini kan musim hujan,” katanya kemarin. Untuk mendapatkan air jernih harus melalui beberapa proses, yakni air diendapkan dulu beberapa saat kemudian disaring.Biasanya,dia melakukannya pada malam hari agar pagi harinya bisa digunakan untuk keperluan seperti mandi, memasak, mencuci, dan lainnya. “Kalau ambil air lalu langsung digunakan, rasanya tidak baik untuk kesehatan,” ujarnya.

Kondisi air tanah di beberapa lokasi di Kota Yogyakarta memang sudah menuju ke arah kritis. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Yogyakarta menilai, kondisi ini dikarenakan pengambilan air lebih besar dibanding pemasukannya. Tiap tahun terjadi penurunan pada ketinggian permukaan air tanah. Kepala BLH Yogyakarta Suyana mengatakan pada musim kemarau kondisi air tanah akan sangat berkurang. Meski sudah memasuki musim hujan sekali pun, permukaan air tanah tidak naik signifikan.

Ini membuktikan kondisi air tanah kritis. “Salah satu upaya penyelamatan yang paling mungkin dilakukan saat ini dengan pembuatan lubang biopori untuk peresapan air,” ujarnya kemarin. Selain kuantitas, secara kualitas kondisi air tanah juga semakin memprihatinkan. Berdasarkan penelitian dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, sekitar 65% air tanah di Kota Gudeg sudah tercemar bakteri e-coli yang bisa menyebabkan diare.

Air di Yogyakarta juga mengandung nitrat yang menyebabkan komplikasi ginjal jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama. “Kandungan bakteri e-coli dan nitrat pada air tanah di Yogya cukup tinggi,” ujar Suyanta. BLH mengaku prihatin dengan kondisi air tanah di Yogyakarta ini. Untuk itu, pihaknya akan menggelar pemeriksaan air sumur gratis yang dilakukan besok,Minggu (20/3).

Kegiatan ini dalam rangkaian acara Grebeg Air untuk memperingati Hari Air Dunia dengan tama ‘Water for Water’ di Titik Nol Kilometer. Dalam pemeriksaan air gratis ini,BLH akan menyediakan laboratorium keliling sehingga masyarakat yang akan memeriksa cukup membawa sampel air sumur dari rumah.

Parameter pemeriksaan air sumur,yakni tingkat keasaman (pH), kekeruhan, jumlah padatan terlarut,dan tingkat konduktivitas air. “Kalau hasil pemeriksaan air sumur terbukti memiliki tingkat keasaman tinggi, maka pemilik bisa menambahkan kapur.Sedangkan kalau keruh hendaknya disaring terlebih dahulu,” paparnya. ridwan anshori   



Post Date : 19 Maret 2011