|
MARGAJAYA - Air tanah Kota Bekasi tercemar materi kimia yang tidak baik bagi kesehatan. Hasil pemeriksaan air yang dilakukan petugas Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini menjadi peringatan agar warga Kota Bekasi tidak menggunakan air tanah untuk keperluan konsumsi. “Untuk perincian kualitasnya, saya tidak seberapa ingat, tapi lebih baik jangan untuk minum,“ kata Kepala Subbidang Pengendalian Sumber Daya Alam Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kota Bekasi Sugiono di Beasi, Kamis (31/5). Menurut Sugiono, sumber air tanah di Kota Bekasi yang tercemar memang tidak merata di semua wilayah. Ada beberapa wilayah yang tercemar sangat parah, ada juga yang tingkat ketercemarannya masih ringan. Kendati demikian, Sugiono menegaskan, lebih baik bagi semua warga Kota Bekasi untuk tidak mengonsumsi air tanah guna mencegah dampak turunan konsumsi air yang sudah tercemar tersebut. Sugiono melanjutkan, wilayah sumber air dengan tingkat pencemaran paling buruk umumnya berada di daerah Bekasi Utara, sementara daerah lainnya relatif lebih ringan. BPLHD Kota Bekasi menduga, wilayah utara Kota Bekasi yang pernah menjadi kawasan pusat industri menjadi salah satu penyebab parahnya tingkat pencemaran air di daerah tersebut. Padatnya permukiman penduduk menambah pencemaran air tanah makin buruk. Dia menerangkan, umumnya warga Kota Bekasi saat ini menggunakan air yang bersumber dari bagian permukaan tanah. Selain mudah diambil dari kedalaman sekitar 15 meter sampai 20 meter, ketersediaan air di bagian permukaan tanah juga masih melimpah. Celakanya, kata Sugiono, air yang berada di bagian permukaan tanah inilah yang mudah tercemar material kimiawi berbahaya bagi kesehatan. “Kalau air tanah dalam masih aman. Hasil baku mutu menunjukkan, air ini masih layak minum, tapi kan sulit diambilnya,“ ujar Sugiono. Mudahnya mendapat air tanah dirasakan langsung warga Bekasi Utara, Waluyo. Menurut Waluyo, saat memasang sumur pompa, air sudah bisa didapat pada kedalaman belasan meter. Sumur Waluyo sendiri mempunyai kedalaman 22 meter dengan pipa penyedot air 9,5 meter. Walaupun demikian, Waluyo tetap menggunakan air kemasan galon untuk keperluan minum. “Air sumur cuma untuk nyuci dan mandi,“ katanya. Selain masalah pencemaran, Sugiono melanjutkan, penggunaan air tanah di Kota Bekasi juga dinilai sudah ber lebihan. Akibatnya, permukaan tanah pun terus menurun. Penurunan mencapai 40 sampai 60 persen dibandingkan penggalian awal. “Sekitar setengah sampai satu sentimeter turunnya,“ kata Sugiono. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta Ubaidillah memperkirakan, pada 2020 permukaan tanah di Kota Bekasi akan turun empat sentimeter. Penurunan permukaan tanah disebabkan oleh penyedotan air secara masif. Ubaidillah menambahkan, banyaknya permukiman penduduk menjadi sebab utama berkurangnya air tanah. Karena itu, menurut Ubaidillah, aspek perencanaan tata kota harus direncanakan dengan baik. “Tanpa perencanaan tata kota yang baik maka air tanah bisa makin berkurang setiap waktunya,“ kata Ubaidillah. Mengenai kondisi air tanah yang sudah tercemar, Ubaidillah mengimbau, warga hendaknya menggunakan sumber air alternatif untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Sumber tersebut bisa dengan membuat sumur untuk mengambil air tanah di bagian dalam atau memanfaatkan layanan sambungan air PDAM di kawasan tempat tinggalnya. “Pemerintah juga harus menyiapkan pipa instalasi PDAM dengan kualitas yang baik, tanpa kebocoran atau sering macet,“ kata Ubaidillah. ismail Post Date : 01 Juni 2012 |