|
JAKARTA -- Air tanah di wilayah DKI Jakarta sudah tercemar bakteri escerica coli (e coli). Ini lantaran pengelolaan tempat penampungan tinja (septic tank) tidak memadai. ''Tingkat pencemaran bakteri e coli sudah mencapai angka 90-95 persen,'' papar Ir Surya Darma, kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kotamadya Jakarta Timur, Senin (13/2). Berdasar data yang dimiliki oleh BPLHD, pencemaran air tanah di wilayah Jakarta Timur sudah mulai terdeteksi sejak tahun 2002. Diketahui, 50 persen konsumsi air minum di wilayah DKI diambil dari air tanah. Sedangkan 50 persen sisanya dari air yang disuplai oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pencemaran air tersebut, tambah Surya, disebabkan oleh tidak ada pengelolaan yang baik atas limbah domestik (limbah rumah tangga), termasuk kotoran manusia. Sehingga bisa ditelusuri bahwa penampungan tinja di dalam tanah (septic tank) yang selama ini digunakan oleh warga belum memadai. Permukiman penduduk yang padat juga menjadi faktor utama pencemaran air tanah. Hal tersebut berkaitan dengan kepemilikan lahan kosong yang sangat terbatas. Pasalnya, banyak tempat penampungan tinja yang dimiliki oleh warga jaraknya tidak terlalu juah dari sumur air. ''Banyak sekali sumur jaraknya kurang dari 10 meter dari tempat penampungan tinja,'' tutur dia. Selain itu, tercemarnya air tanah di DKI Jakarta, juga disebabkan oleh belum tersedianya sistem jaringan limbah industri domestik oleh pemerintah. ''Seharusnya menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakan sistem pengolahan limbah tersebut,'' tegas Surya. Saat ini hanya sekitar dua persen dari seluruh wilayah di DKI Jakarta yang limbah domestik sudah dikelola dengan baik. Daerah yang limbahnya sudah dikelola dengan baik terdapat di Jakarta Selatan, meliputi daerah Sudirman, Kuningan, dan Tebet. Pengelolan limbah tersebut berada di daerah Setiabudi, Jakarta Selatan. Namun, Surya menyayangkan karena unit pengolahan limbah domestik tersebut tidak mengalami perkembangan sejak berdiri beberapa tahun lalu. ''Memang membutuhkan biaya yang sangat besar untuk mengembangkan sistem jaringan pengolahan limbah domestik,'' papar Surya. Tetapi, ia berharap agar pemerintah lebih serius menangani pencemaran air tanah. Meskipun air tanah itu mengandung bakteri e coli masih aman jika sebelum dikonsumsi dipanaskan sampai 100 derajat celcius. Tapi bila kurang diperhatikan tetap membahayakan masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak mengolah air tersebut dengan baik sebelum diminum. (c38 ) Post Date : 14 Februari 2006 |