Air Tanah Dataran Tinggi Dieng Tercemar E Coli

Sumber:Jurnal Nasional - 18 Maret 2009
Kategori:Sanitasi

Sebagian sumber air tanah di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, dinyatakan tercemar bakteri Escherichia Coli atau biasa disebut E Coli. Karena tidak ada pilihan, warga terpaksa menggunakan air tercemar tersebut untuk konsumsi sehari-hari serta kebutuhan mandi, cuci, kakus.

Aparat pemerintahan Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah menyebutkan, pencemaran tersebut sudah terjadi sejak pertengahan tahun 2008 lalu. Sebagai upaya pencegahan, warga pernah mempertinggi tanggul di bagian selatan Telaga Swiwi yang disebut-sebut sebagai sumber utama pencemaran.

Dana proyek tersebut diambil dari dana stimulan. Namun, usaha tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan karena secara berkala air dapat merembes dan mencemari sumber air lainnya.

"Saat ini pencemaran menyebar hingga mata air Pandon, mata air kawah Sileri, Jewara, dan Jempirit. Kami menduga pencemaran ini disebabkan oleh rembesan pupuk terlarut yang meresap ke dalam tanah," kata Kepala Desa Kepakisan, M Mudasir, Selasa (17/3).

Mudasir menambahkan, berdasarkan hasil pengawasan mutu air yang meliputi parameter kimia, diperoleh kandungan bakteri E Coli di mata air Swiwi saat ini telah mencapai 2.300 partikel per milimeter (ppm) dari ambang batas normal sekitar 240 ppm. Sedangkan kandungan bakteri serupa di mata airnya berkisar 500 ppm hingga 1.000 ppm. Seluruh mata air tersebut merupakan sumber daya alam vital yang menopang kebutuhan pengairan bagi pertanian warga di Kecamatan Batur.

"Seluruhnya berada di atas ambang batas aman konsumsi. Namun demikian hingga saat ini kami belum menerima keluhan warga yang sakit akibat E Coli. Sebelum mengonsumsi, warga selalu merebus air tersebut hingga 10 menit lamanya setelah mendidih," kata Mudasir kepada Jurnal Nasional.

Warga mengkhawatirkan pengaruh konsumsi air tercemar tersebut bukan terjadi dalam waktu dekat melainkan dalam waktu yang lama. Pihak desa menegaskan, warga telah mengonsumsi air tersebut secara kontinu selama setahun terakhir.

"Warga kami tidak mempunyai pilihan selain mengonsumsi air tersebut. Satu-satunya jalan keluar adalah menggantikannya (air tercemar) dengan air minum dalam kemasan. Namun yang bisa melakukan hal itu hanya sebagian warga kami yang mampu," kata Mudasir. Stevie Saputra



Post Date : 18 Maret 2009