Air Tanah Berubah

Sumber:Kompas - 31 Agustus 2006
Kategori:Air Minum
Yogyakarta, Kompas - Pascagempa bumi 27 Mei, Kabupaten Bantul menjadi salah satu wilayah di Provinsi DI Yogyakarta yang paling banyak mengalami perubahan kualitas air tanah. Selain kondisi air menjadi lebih keruh, juga dimungkinkan ada peningkatan kandungan bakteri E coli di beberapa daerah yang rusak cukup parah.

Meski tidak terlihat lantaran di bawah tanah, gempa bumi diperkirakan ikut merusak bangunan pembuangan (septic tank) milik warga dan tempat limbah lainnya. Bakteri yang sebelumnya berada di tempat pembuangan itu kemudian meresap ke dalam tanah, termasuk sumur dan sumber air lainnya.

E coli merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan dan pernapasan. Bakteri ini bisa berasal dari sampah ataupun limbah dan meresap masuk ke dalam air. Bakteri ini bisa diatasi dengan memasak secara sempurna atau melakukan treatment tertentu.

"Di Bantul lebih parah lagi karena Bantul adalah daerah pusat gempa. Kalau kita berbicara tentang Kota (Yogyakarta) saja yang efek gempanya tidak begitu besar, kondisinya sudah lama seperti itu (tercemar E coli)," ujar Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (B2TKLP2M) Yogyakarta Firdaus Yusuf Rusdhy, Rabu (30/8).

Ia mengatakan belum mengetahui secara pasti berapa besar kandungan E coli yang ada. Namun, sudah menjadi indikator bahwa setiap bencana selalu memunculkan berbagai penyakit yang disebabkan oleh kualitas air. Untuk mengetahui kualitas air inilah, pihak B2TKLP2M terpaksa menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium di Jakarta dan Surabaya karena laboratorium yang ada di Yogyakarta rusak oleh gempa.

Meningkatnya kandungan E coli di Bantul dan daerah lain bukan sesuatu yang luar biasa. Hal ini disebabkan kandungan E coli di Kota Yogyakarta sejak lama sudah cukup tinggi. Sifat tanah yang porous, yaitu mudah mengalirkan air menjadi salah satu faktor yang ikut mempermudah masuknya bakteri.

Surut

Dampak gempa yang lain adalah ratusan sumur di berbagai dusun di Bantul sudah mulai surut sejak dua bulan lalu. Warga terpaksa menggali lebih dalam sumur mereka untuk mendapatkan air.

Juwandi, warga Dusun Sampangan, Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, mengungkapkan, sumur di tempatnya kini hanya berisi air setinggi 0,5 meter, padahal sebelum gempa berisi air setinggi dua meter lebih. Jika terus ditimba, air pun berubah warna menjadi kecoklatan. Juwandi mengungkapkan, setidaknya 300 sumur milik warga di tempat tersebut surut.(WER/NIT/ART)

Post Date : 31 Agustus 2006