BANTUL(SI) - Kualitas air tanah di wilayah Bantul di bawah ambang batas standar.Pascagempa bumi 27 Mei 2006,banyak septic tank yang bocor yang mengakibatkan air tanah tercemar bakteri coliform tinja.
Air tanah seperti ini sangat berbahaya bila dikonsumsi. Kepala Bidang Pengendalian, Pencemaran, dan Dokumen Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bantul Edy Machmud Hidayat mengatakan bakteri ini bisa menyebabkan cacingan dan berbagai jenis penyakit lainnya.
“Kami mengetahui hal ini berdasarkan hasil penelitian Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL) Yogyakarta terhadap kualitas air di Bantul,pascagempa bumi lalu,”ungkapnya kemarin. Guna mempertahankan kualitas air tanah di Bantul,BLH mengimbau masyarakat membangun ulanglagiseptictank.
Sebab,selepas gempa bumi Mei 2006,dinding septic tank banyak yang retak-retak. Warga banyak yang tidak mengetahui adanya hal tersebut dan kurang peduli dengan septic tanknya sehingga terjadi pencemaran coliform tinja.“Air tanah yang mengandung coliform tinja ini jika dipanaskan di bawah suhu 100 derajat Celsius, bakteri masih hidup.
Akibatnya, manusia bisa terkena diare dan penyakit perut lainnya,”papar Edy. Pihaknya melarang warga membangun peresapan untuk septic tank.Pasalnya,sekarang ini jarak antara tempat peresapan dan sumur warga sudah tidak sesuai dengan ketentuan. Jika ada tempat peresepan tinja terlalu dekat,maka resapan airnya dikhawatirkan akan mencemari air sumur tersebut.
“Membangun septic tank selain harus sesuai dengan standar, juga harus dibuat kedap dan ada buka tutupnya.Terutama dapat untuk melakukan penyedotan tinja,”katanya lagi. Pihak BLH mengimbau masyarakat sewaktu membuang air limbah, terutama dari wilayah Kota dan Sleman,harus melalui jaringan yang menuju ke instalasi pembuangan air limbah (IPAL) yang ada di Sewon,Banguntapan, dan Kasihan.
Terlebih, kebanyakan masyarakat masih sangat minim akan pengetahuan soal sanitasi lingkungan. Hal tersebut akan berdampak buruk kepada masyarakat itu sendiri.”Kami akan melakukan sosialisasi terkait hal ini.Ini sudah kami buat dan tinggal pelaksanaannya saja,”tutur dia.
Meski mengaku tidak mempunyai data berapa warga yang sudah terkena imbas akibat pencemaran coliform tinja tersebut, Edy tetap meminta masyarakat waspada dan memanaskan air dalam suhu 100 derajat Celsius untuk meminimalisasi dampak pencemarannya.
Anggota Fraksi Golkar DPRD Bantul Agus Subagyo mengaku prihatin dengan kondisi ini.Pihaknya mengharapkan agar pemkab segera melakukan tindakan cepat,sebelum nantinya adaendemikpenyakityang disebabkan bakteri coliform tinja. “Jika tidak segera diatasi,kondisi ini sangat membahayakan, terutama ancaman kesehatan bagi generasi mendatang,”tandasnya. (priyo setyawan)
Post Date : 30 September 2009
|