Air Tak Layak Minum

Sumber:Suara Merdeka - 12 Juli 2007
Kategori:Air Minum
SEMARANG- Hampir seratus persen rumah di perkampungan nelayan Tambaklorok sekarang belum bisa menikmati air bersih. Lantaran air tanah di kawasan itu tak layak pakai, mereka terpaksa membeli air bersih dari sumur artesis yang digali melebihi kedalaman sumur biasa.

Menurut informasi, ada lebih dari sepuluh sumur artetis dimiliki secara pribadi di kawasan tersebut untuk mensuplai kebutuhan penduduk. Seorang warga, Yanto mengungkapkan, keluarganya harus mengeluarkan anggaran khusus setiap harinya untuk membeli air tanah.

Biaya yang dihabiskan masing-masing rumah, kata dia, berbeda-beda. ''Tergantung kebutuhan. Cara menghitungnya harian, biasanya keluarga saya habis Rp 5.000 per hari. Tinggal dikalikan berapa hari dalam sebulan. Warga sini semuanya membeli air bersih,'' kata dia kepada Suara Merdeka.

Dia menuturkan, anggaran air bersih itu cukup besar. Apalagi, penghasilannya sekarang hanya dari kerja serabutan. ''Ya, tapi kalau memakai kan tidak boros. Bisa diirit-iritlah. Di sini saya cuma tinggal dengan istri dan dua anak saya,'' jelasnya.

Keinginan mengonsumsi air bersih gratis diungkapkan Yuli. Dia mengatakan, pihaknya harus mengeluarkan biaya secara rutin, karena air tanah asin dan kotor. Pada tahun 2005, LBH Semarang pernah mencatat, kesulitan air bersih tidak hanya dialami penduduk Tambaklorok, tetapi juga warga yang bermukim di perkampungan nelayan di pesisir utara dan selatan Pulau Jawa.

Akibat pencemaran, warga terpaksa memenuhi kebutuhan dasar dengan membeli air bersih, salah satunya dari PDAM. Munculnya kawasan industri di daerah pesisir ikut mempengaruhi kondisi air tanah di kawasan itu.

Selain rob, sumber air milik warga di perkampungan pinggir pantai tercemari. Rata-rata daerah pesisir saat ini mengalami degradasi akibat rusaknya kondisi lingkungan. Kondisi air bawah tanah umumnya tak layak dikonsumsi, sementara eksploitasi tak terkontrol. (H12, H9-18)



Post Date : 12 Juli 2007