|
Banjarbaru, BPost Lingkungan di wilayah Kalsel kondisinya telah kritis. Dipandang dari segi kesehatan, banyaknya wabah penyakit tak lepas dari fakta kalau lingkungan di daerah ini sudah terkondisi sakit. Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Banjarbaru I Ketut Winasa SKM mengatakan, dari penelitian yang dilakukan lembaganya baru-baru tadi diketahui bahwa air di Kalsel secara umum tidak layak untuk dikonsumsi. Pria yang telah bergelut dengan kesehatan lingkungan puluhan tahun ini lantas merincikan bagaimana kondisi lingkungan sangat berdampak pada kesehatan masyarakat. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian terhadap kualitas air dan udara. Hampir 95 persen air yang berada di badan air dan dipergunakan masyarakat tak memenuhi syarat kesehatan. Akibatnya, masyarakat pun terkondisi sakit. Air yang ada di Kalsel tidak layak untuk di konsumsi. Pasalnya, beberapa logam berat dan bakteri pencemar ditemukan di dalam air dengan jumlah melebihi ambang batas yang ditentukan. Kandungan logam berat yang ditemukan berada di atas ambang batas yang ditentukan itu adalah zat besi (Fe) dan Mangaan (Mn). Selain dua logam berat yang kandungannya cukup tinggi, juga terdapat elemen lainnya yang cukup membahayakan yaitu kadar keasaman air (pH) rendah dan kadar bakteri ekoli yang cukup tinggi. Berdasarkan data penelitiannya, kadar Fe yang berhasil ditemukan jauh melebihi ambang batas yang ditentukan yaitu 0,01 mg/ppm. Sementara itu untuk kadar keasaman air cukup rendah yaitu di bawah 5,6. Kadar keasaman yang layak dikonsumsi adalah 5,6-7. Sementara itu, kadar bakteri ekoli juga cukup tinggi karena sumber air di Kalsel juga digunakan untuk MCK. Kenyataan tersebut menyebabkan maraknya kasus penyakit menular, terutama diare. Pasalnya, seluruh sumber air yang ada di Kalsel sudah tercemar. Ironisnya, air tanah yang ada di seluruh kabupaten yang ada di Kalsel tercemar Fe dan Mn cukup tinggi. Sementara kadar keasaman (pH) air rendah juga ditemukan di seluruh kabupaten. Ditambahkan, selain kasus pencemaran air, pihaknya juga menemukan kualitas udara yang kurang sehat. Hal ini, salah satunya disebabkan oleh debu akibat pengangkutan batu bara yang tercecer di jalan dan gas emisi dari kendaraan bermotor. Hal ini diperparah dengan semakin gundulnya hutan di Kalsel yang selama ini cukup membantu menyerap kadar karbondioksida (CO2). Untuk pengangkutan baru bara ini, dia menyarankan agar pemerintah daerah memperhatikan pengangkutan emas hitam ini dari tambang ke pelabuhan pengiriman. niz Post Date : 05 Juni 2006 |