|
Sriyati (32), buruh harian giling atau linting rokok keretek itu sudah hampir sepekan tidak bekerja. Pada Minggu (6/1) siang, ia duduk-duduk di depan Gudang PT Djarum di Desa Tanjungkarang, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Warga RT 03 RW 06 itu melihat orang lalu lalang melewati Jalan Raya Kudus-Purwodadi yang tergenang air. "Yen pabrike prei, yo dhuwite melu prei (kalau pabrik libur, ya uangnya ikut libur atau tidak dapat uang)," kata Sriyati, buruh pabrik brak atau pak sigaret keretek tangan di perusahaan rokok terbesar di Kudus itu. Bersamaan dengan banjir Sungai Bengawan Solo hingga ke hilirnya di Gresik, banjir serupa sebetulnya juga terjadi di Kudus. Banjir di Kudus disebabkan oleh jebolnya delapan tanggul Sungai Wulan. Jika diurut hingga ke hulu, Sungai Wulan adalah cabang dari pertemuan Sungai Lusi dan Sungai Serang. Kedua Sungai ini bergabung di bangunan pembagi banjir di Desa Wilalung, Kecamatan Undaan, Kudus, menjadi Sungai Wulan dan Sungai Juwana. Sungai Juwana beberapa hari terakhir juga menyebabkan banjir di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Hulu Sungai Serang berada di Gunung Merbabu, Kabupaten Boyolali, sedangkan Sungai Lusi berhulu di pegunungan kapur utara di Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora. Sungai Serang ini juga menjadi sumber utama air Waduk Kedung Ombo. Ketua Posko Banjir Desa Putat, Kecamatan Purwodadi, Grobogan, Sukaris (34) mengungkapkan, ketika banjir menerjang desanya pada 26 Desember dan 30 Desember lalu, warga sempat mencurigai penyebab banjir berasal dari Waduk Kedung Ombo. Akan tetapi, pengecekan Kompas di Waduk Kedung Ombo, Sabtu lalu, mendapati elevasi waduk ternyata justru rendah beberapa hari terakhir. Menurut Rustam, petugas piket banjir Waduk Kedung Ombo, elevasi air 77,27 meter. Padahal, elevasi yang dibutuhkan agar air melewati spill way (jalur penyaluran air dari waduk ke irigasi) untuk dilimpahkan ke Sungai Serang adalah 91 meter. Spill way tersebut kemarin tampak kering. Tanggul Sungai Wulan jebol di tiga desa, yaitu Desa Medini, Sambung, dan Undaan Kidul, Kecamatan Undaan, pada 28 Desember pukul 19.00. Panjang jebolan tanggul 203 meter. Tiga hari kemudian, 31 Desember 2007, aliran banjir meluas ke Kecamatan Jati dan pusat kota Kudus. Selain memutus arus lalu lintas Kudus-Semarang, banjir juga mengakibatkan pabrik PT Djarum dan PT Colombo tergenang air. Akibatnya, sekitar 3.000 buruh pabrik brak sigaret keretek tangan PT Djarum di Desa Tanjungkarang tidak bekerja. Setiap hari Sriyati hanya duduk-duduk di tempat pengungsian, mengecek rumahnya yang tergenang air atau mengunjungi suaminya, penjual jasa angkutan gerobak. Ketinggian air di jalan depan pabrik brak sigaret keretek tangan PT Djarum Kudus sekitar 70 sentimeter. Banjir masih menggenangi bagian dalam pabrik. Air masuk ke pabrik melalui bagian bawah pintu gerbang dan saluran-saluran pabrik. Sriyati mengatakan, selama pabrik tergenang banjir, buruh tidak dapat bekerja. Para buruh sangat berharap banjir cepat surut sehingga mereka punya penghasilan lagi. "Seminggu ini tak punya penghasilan sama sekali," kata perempuan yang berpenghasilan Rp 15.000- Rp 22.000 per hari itu. Sejak beberapa hari terakhir, tiap hari, ia, suami, dan dua anaknya ikut makan dan minum di tempat pengungsian. Demikian halnya Jamini (43), buruh linting PT Djarum, yang juga tidak mendapat penghasilan selama sepekan. Suaminya, buruh bangunan, pun memilih menjaga rumah selama keluarganya mengungsi. Jamini tiap hari bekerja melinting rokok keretek pukul 06.00-12.00. Kalau bisa melinting 4.000 batang, ia mendapat upah Rp 22.000. Namun, kalau tidak, upahnya kurang dari itu. "Saya ingin segera bekerja lagi. Namun, sampai saat ini belum ada kepastian dari PT Djarum kapan masuk kerja," ujarnya. Manajer Hubungan Masyarakat PT Djarum Kudus Handojo Setyo mengatakan, banjir di Kudus tidak menimbulkan kerugian besar bagi PT Djarum. Distribusi dan produksi rokok tetap lancar. Meski begitu, ia mengaku dari 70 pabrik PT Djarum, satu pabrik di Desa Tanjungkarang kebanjiran. Alat dan bahan produksi bisa diselamatkan, tetapi instalasi listrik terganggu. Belum dapat ditaksir kerugian akibat banjir dan belum jelas kapan buruh bisa bekerja lagi. Banjir mengakibatkan buruh PT Colombo, pabrik konveksi dan garmen, di Desa Tanjungkarang pun diliburkan. Sekitar 500 buruhnya sepekan ini pun praktis tak berpenghasilan. Sutrisni (18), buruh harian potong kain PT Colombo, dalam kondisi normal menerima upah sebesar Rp 10.000 per hari, yang dibayar tiap dua minggu. Gubernur Jawa Tengah Ali Mufiz telah memerintahkan kepada Bupati Kudus HM Tamzil untuk membangun kembali tanggul yang jebol di Sungai Wulan. Para pengungsi dari Desa Medini, Kecamatan Undaan, Minggu, mulai kembali ke rumah. Sejumlah warga lalu ikut membenahi tanggul Sungai Wulan yang jebol. "Mengingat, kalau Sungai Wulan banjir akan menggerus permukiman lagi," kata Sumani (43), Kepala Desa Medini. (Subur Tjahjono) Post Date : 07 Januari 2008 |