|
Mentok, Kompas - Warga di kawasan Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, terpaksa menggunakan air Sungai Musi untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Air sungai yang sebenarnya masih kotor itu juga tidak gratis. Warga membeli dari pedagang Rp 20.000 per drum isi 200 liter atau Rp 100 per liter. Puluhan pedagang dari Palembang dan daerah lain di sepanjang alur Sungai Musi ke arah muara, setiap hari berdatangan ke Sungsang dengan menggunakan perahu motor. Pedagang membawa drum-drum berisi air yang mereka ambil dari Sungai Musi itu. "Sabtu kemarin ada sekitar 20 pedagang air yang datang ke Sungsang dengan menggunakan perahu. Setiap hari seperti itu," ujar Edi, nelayan asal Sungsang, ketika ditemui tengah membongkar ikan yang dijualnya di Pelabuhan Muntok di Mentok, ibu kota Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung, Minggu (27/8) pagi. Edi mengaku terpaksa membeli air sungai tersebut karena tak ada lagi air tawar di daerahnya. Meskipun Sungsang di tepi Musi pula, tetapi warganya tidak dapat menggunakan air sungai itu karena terasa asin. Sungsang terletak di kawasan muara Sungai Musi di Selat Bangka atau sekitar 100 kilometer utara Palembang. Kecamatan itu terdiri atas empat desa dengan penduduk lebih dari 15.000 jiwa. Kawasan itu hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan air, seperti perahu motor. "Tanpa air tawar, bagaimana anak-anak kami mandi dan istri kami memasak makanan dan air minum. Kami terpaksa membeli air sungai yang sebenarnya kotor karena tidak mampu membeli air ledeng," kata Edi. Maulana, warga Sungsang lain, membeli 4 galon air mineral isi ulang di Mentok. Beberapa nelayan lain menyisihkan uang untuk membeli air minum isi ulang saat mereka menjual ikan. (mul) Post Date : 28 Agustus 2006 |