Air Sungai di Jakarta Jadi Bahan Baku

Sumber:Media Indonesia - 08 September 2011
Kategori:Air Minum

DIREKTUR Utama PAM Jaya Maurits Napitupulu me ngatakan pihaknya akan mengembangkan sistem ultrafiltrasi atau penyaringan air sungai guna memperkuat sistem ketahanan air di Jakarta.

Ada empat sumber air yang akan menjadi bahan baku dari sistem itu yakni sungai di Banjir Kanal barat, Sungai Pesanggrahan, Cengkareng drain, dan Sungai Krukut. Dengan teknologi tinggi, air-air tak layak di empat sungai tersebut akan disaring.

“Dengan teknologi ultra ini, (penyaringan) bisa dilakukan. Dari air limbah pun bisa, bahkan air laut, tapi kalau air laut biayanya lebih mahal karena teknologi pemisahan air dan garam jauh lebih sulit,“ jelas Maurits di Jakarta, kemarin.

Saat ini air yang mengalir ke Jakarta hanya sekitar 18 kubik per detik. PAM Jaya menargetkan pada 2015 nanti kecepatan air akan menjadi 26 kubik per detik. “Sisa 9 kubik dapat ditutup dari sistem ultrafiltrasi ini sebanyak 4 kubik dan 5 kubik lewat pembangunan pipa yang mengambil air dari curug.

“Diharapkan, target 80% warga yang terpenuhi tahun 2015 dapat dicapai,“ tutur Maurist. Sistem tersebut tidak memerlukan investasi yang besar karena pihaknya akan membuka tender.

“Jadi perusahaan-perusahaan yang memenangi tender yang akan menanamkan investasi untuk membangun teknologi produksi air bersih. Nanti PAM Jaya, Aetra, dan Palyja akan membeli dari mereka. Ini tidak akan berpengaruh pada tarif,“ jelas Maurist.

Saat ini proses ultrafiltrasi tersebut masih terganjal surat izin pengambilan air dari kali. “Targetnya awal 2012 sudah bisa beroperasi,“ tandasnya.

Dalam kesempatan itu, Maurits juga memastikan bahwa tanggul Kalimalang yang sempat jebol Rabu (31/8) telah normal kembali. Pasokan air di Jakarta pun diprediksi normal kembali Rabu (7/9) malam. “Kemarin siang saya sudah lihat. Tanggulnya susah dipadatkan. Hari-hari sebelumnya sempat turun lagi, turun lagi. Tapi sekarang sudah padat dan stabil.“

Meski air yang masuk dari Citarum sudah normal, air tak serta-merta mengalir normal ke rumah-rumah pelanggan. Dari tanggul ke Pejompongan sedikitnya perlu waktu sekitar 4 jam. Adapun air yang masuk perlu diproduksi ulang selama 2 jam agar siap minum.

Maurits mengaku pihaknya terbebani dengan adanya kerja sama antara PT Palyja dan PT Aetra. Pihaknya kini malah berutang Rp580 miliar kepada dua mitranya itu yang bertindak sebagai distributor air bersih.

Utang tersebut harus dibayarkan PAM Jaya lantaran PAM Jaya tidak menaikkan tarif dari tahun ke tahun sebagaimana yang tertera di kontrak. Akibatnya, biaya produksi air lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang dibayarkan masyarakat.

Maurist mengaku tidak mungkin menaikkan tarif. Pasalnya, tarif saat ini yakni Rp6.800-Rp7.800 per kubik jauh lebih mahal daripada kota lain. Namun, kedua mitra operator berkukuh setiap tahun tarif harus naik 7%-8%.

Sayangnya hingga saat ini negosiasi ulang yang kembali digencarkan PAM Jaya hanya menemui kata sepakat dengan pihak PT Aetra. Aetra, imbuhnya, akhirnya bersedia menyepakati tidak akan ada penaikan tarif hingga kontrak berakhir 2022 nanti. Sementara itu, renegosiasi dengan PT Palyja masih alot. VINI MARIYANE ROSYA



Post Date : 08 September 2011