|
Bojonegoro, Kompas - Hujan deras beberapa hari membuat permukaan air Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, yang terletak di daerah hilir terus naik. Beberapa anak Sungai Bengawan Solo, seperti Kali Kening di Kalianyar, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, pun ikut naik. Di Lamongan, dua rumah milik Martolan dan Daroji, keduanya warga Dusun Gendong, Desa Laren, Kecamatan Laren, yang berada di tepian Bengawan Solo, bahkan hanyut akibat sebagian tanggul ambles. Tanggul di Desa Semanding, Kecamatan Kapas, juga jebol. Akibatnya, sekitar 150 hektar persawahan, termasuk di Desa Sambiroto, tergenang air. Padahal, tanaman itu seharusnya sudah dipanen dua pekan lagi. Kenaikan permukaan air Bengawan Solo terjadi di daerah hilir. Data dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan, ketinggian air Bengawan Solo juga naik di titik pengamatan Karangnongko, Kecamatan Ngraho, dan wilayah kota Bojonegoro, Permukaan air Bengawan Solo juga naik di wilayah Babat, Karanggeneng, dan Kuro, Kabupaten Lamongan. Menurut petugas piket di Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo I Bojonegoro, Rudiyanto, ketinggian air di papan pantau terakhir 13,96 termasuk kategori mendekati siaga II. Adapun Siaga I jika papan pantau mencapai angka 13,00, sedangkan Siaga III saat papan pantau menunjukkan tinggi permukaan air 15,00. Pengamatan Kompas di Ngulanan, Kecamatan Dander, Bojonegoro, pukul 09.00 air mulai masuk ke sawah, namun belum mencapai permukiman. Begitu juga di wilayah Sumbang Timur, Kecamatan Trucuk. Sementara di daerah langganan banjir seperti Desa Ledokkulon dan Jetak, Kecamatan Bojonegoro, air sungai belum naik. Masih terendam Di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, sedikitnya 30 rumah di Desa Peninggalan, Kecamatan Bayung Lencir, hingga Sabtu masih terendam air setinggi 1-1,5 meter. Warga yang dilanda banjir sejak Kamis lalu belum mendapat bantuan obat-obatan atau makanan dari pemerintah. "Sampai sekarang belum ada bantuan sama sekali seperti makanan dan obat-obatan," kata Sania, warga Peninggalan. Pengamatan di lokasi banjir menunjukkan banjir mengakibatkan rumah warga terendam meski bangunan berupa rumah panggung. Warga yang rumahnya terendam terpaksa mengungsi ke rumah tetangga atau kerabat. Adapun untuk keluar dari rumah menuju jalan atau tempat lain, warga harus memakai sampan. Aktivitas warga sehari-hari lumpuh karena listrik mati dan air merendam seluruh perabotan rumah tangga. Banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Peninggalan yang melewati desa tersebut. Warga menduga penyebab banjir yang semakin parah adalah kerusakan hutan di kawasan hulu sungai. Muhtar (66), warga Peninggalan, mengatakan, banjir sering melanda desanya dan beberapa tahun ini makin besar. Itu terjadi sejak hutan di hulu sungai diubah menjadi perkebunan sawit. "Sekarang hutan sudah habis dijadikan kebun sawit sehingga sejak 1997 kami sering kebanjiran. Dulu waktu perkebunan sawit belum luas, banjir tidak pernah separah ini," kata Muhtar. Menurut Ernawati, warga lain, air belum menunjukkan tanda-tanda akan surut. Apalagi pada Jumat malam lalu hujan turun deras. Ernawati mengemukakan, banjir menyebabkan mata pencariannya sebagai pedagang pempek terganggu karena seluruh dapur dan peralatan masih tergenang air setinggi betis. Bupati Musi Banyuasin Alex Noerdin memastikan bantuan disalurkan Sabtu kemarin setelah mengecek langsung kepada aparat kecamatan tentang banjir tersebut. "Kejadian banjir di tempat itu sudah sering, bahkan lima tahun lalu pernah terjadi banjir yang jauh lebih besar. Itu sebabnya pihak kecamatan tidak melaporkan," kata Alex, yang sempat tidak mengetahui terjadi banjir di Peninggalan. (aci/wad) Post Date : 23 Desember 2007 |