|
TANGERANG - Ratusan sumur gali dan sumur pompa di Kabupaten Tangerang tercemar bakteri dan zat berbahaya. Berbagai jenis zat kimia dan bakteri E coli yang kadarnya di atas nilai ambang batas yang berasal dari limbah industri dan limbah rumah tangga telah mencemari sumber air bersih itu. "Air sumur di beberapa kecamatan positif tercemar," ujar Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Budi Humaidi, akhir pekan lalu. Menurut dia, tim Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang memeriksa 800 sumur gali dan sumur bersih di lima kecamatan, yakni di Cikupa, Suradita, Teluk Naga, Pakuaji, dan Rajeg pada pertengahan 2007. Dari hasil pemeriksaan itu ditemukan, 120 sumur menanggung risiko pencemaran amat tinggi, 270 sumur berisiko tinggi, 272 sumur berisiko sedang, dan 138 sumur berisiko rendah. Budi mengatakan, lembaganya memeriksa sampel air ke laboratorium untuk memastikan berapa besar tingkat pencemaran itu. Sebanyak 208 sumber air diperiksa kandungan bakterinya dan 20 sampel diperiksa kandungan zat kimianya. Hasilnya, "Dua puluh sembilan sumur tercemar bakteri dan 15 sumur tidak layak dikonsumsi karena kandungan zat kimianya tinggi," kata Budi. Dia mengungkapkan, air sumur yang mengandung zat kimia berada di wilayah yang banyak industrinya seperti di Cikupa, Suradita, dan Rajeg. "Kandungan kimianya di atas ambang batas," katanya. Zat kimia yang terkandung di sumur itu, antara lain, zat besi, klorida, dan mangan. Di wilayah yang banyak industrinya seperti Cikupa, kata Budi, kualitas airnya sudah turun. Semakin dalam sumur digali, semakin besar kandungan kimianya. "Biasanya air berminyak, berbau, dan berwarna," katanya. Karena itu, dia meminta masyarakat tidak mengkonsumsi air sumur gali ataupun sumur pompa. "Lebih baik konsumsi air isi ulang atau air PAM," kata dia. Kondisi air yang tercemar itu diakui warga setempat. Muhammad Firdaus, warga Desa Mekar Sari, Cikupa, mengatakan, sumur pompanya mengeluarkan air yang berminyak, berbau, dan berwarna. "Saya nggak berani pakai air itu untuk minum atau memasak," katanya kepada Tempo kemarin. Menurut dia, rata-rata air sumur di sekitar itu sudah tidak bagus kualitasnya. "Kadang airnya jernih, tapi rasanya asin dan berbau," imbuhnya. Adapun air sumur yang banyak tercemar bakteri E coli atau bakteri yang terkandung dalam tinja banyak terdapat di wilayah Teluk Naga, Pakuaji, dan Sepatan. Pemeriksaan itu dilakukan PT Aman Tirta, sebuah lembaga pemeriksaan air bersih yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang pada Maret lalu. Dari 289 sumber air bersih yang diperiksa, 27 persen positif tercemar bakteri E coli. "Kandungannya lebih dari 1.000 koloni E coli per mililiter air," kata Budi. Semestinya, air yang baik, kandungan bakteri E coli-nya 1-9 hingga 10-100 koloni per mililiter air. "Bakteri ini penyebab wabah diare terjadi berulang kali di wilayah itu," ujarnya. Tempo pernah memantau pola hidup masyarakat di Kampung Kelor, Kecamatan Sepatan. Banyak sumur warga yang tidak diberi pembatas semen, sementara tempat pembuangan kotoran dan sampah hanya berjarak satu hingga dua meter dari sumur. Selain itu, warga setempat lebih suka buang air besar di kebun atau di sungai. Padahal, di sungai itu mereka biasa mencuci dan mandi. JONIANSYAH Post Date : 26 Mei 2008 |