Air Sumur Bercampur Air Rob

Sumber:Kompas - 12 September 2007
Kategori:Air Minum
SEMARANG, KOMPAS - Sumur-sumur warga Kampung Tambakmulyo, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, tidak dapat digunakan lagi baik sebagai sumber air bersih maupun untuk mandi dan mencuci. Air sumur warga Kampung Tambakmulyo itu bercampur dengan rob atau limpasan air laut ke darat.

"Air sumur berwarna hitam, berasa asin, dan berbau sedikit amis," kata Ainiyah (40), istri Ketua RT 02/RW 13 ketika di temui di rumahnya, Selasa (11/9).

Ainiyah mengatakan, seluruh sumur milik warga di Kampung Tambakmulyo tidak dapat digunakan lagi. Sejumlah warga membiarkan sumur-sumur itu mangkrak, bahkan menutupnya.

Kejadian itu berlangsung secara bertahap yang dimulai pada akhir 1981. Sumur-sumur warga yang dekat dengan pantai berasa asin sehingga tidak dapat digunakan untuk minum dan masak. Hal itu membuat warga terpaksa membeli air bersih dari penjual air keliling. Meskipun demikian, air sumur itu masih bisa digunakan untuk mandi, cuci, kakus. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sumur-sumur itu akhirnya tidak dapat digunakan sama sekali karena air sumur telah bercampur rob.

Ibu lima anak itu mengemukakan warga tidak mampu mengatasi rob yang dari tahun ke tahun semakin tinggi. Rob itu tidak hanya mencemari sumur, tetapi juga menggenangi permukiman warga.

Untuk mendapatkan air bersih, sejumlah warga membuat sumur artesis. Warga yang berminat mendapat air itu akan dialiri dengan ditarik dana pembelian dan pemasangan meteran Rp 200.000, serta tarif air Rp 2.500-Rp 3.000 per meter kubik.

Ainiyah mengatakan, rata-rata keluarganya membutuhkan air sekitar empat meter kubik per minggu sehingga ia harus membayar air Rp 10.000 per minggu. Air itu digunakan untuk minum, masak, dan mandi, cuci, kakus (MCK).

"Air itu jernih, bersih, dan belum tercemar air rob. Air itu mengalir 24 jam sehingga warga dapat menggunakannya setiap saat," katanya yang sudah menutup sumurnya beberapa waktu lalu. Secara terpisah, pengusaha air sumur artesis, Widodo (67), mengaku membutuhkan dana Rp 40 juta untuk membuat sumur sedalam 90 meter itu. Warga yang berminat mendapat air membayar Rp 200.000 dengan cara mengangsur.

Warga Kampung Tambakmulyo itu mengatakan, air itu disedot dan dialirkan ke 40 rumah warga dengan menggunakan mesin pompa listrik. Biaya listrik khusus untuk pompa adalah sekitar Rp 400.000 setiap bulan.

"Kami menyediakan fasilitas air itu bagi warga. Namun, seringkali warga yang mayoritas bekerja sebagai nelayan itu terlambat membayar," katanya yang memberi waktu seminggu sebagai toleransi pembayaran. (HEN)



Post Date : 12 September 2007