|
GRESIK, SELASA — Warga Gresik mengeluhkan kualitas layanan Perusahaan Daerah Air Minum. Air yang sering mampet dan kotor, tetapi tarif mau dinaikkan. Seorang warga Gresik, Agus, Selasa (6/1), mengatakan, bahkan air PDAM di rumahnya lebih banyak mampet-nya. Dia terpaksa membeli tangki air untuk persediaan. "Setiap tangki air saya beli Rp 70.000 dan sudah habis tidak sampai sebulan, sementara saya lihat di Sukorame ada genangan air padahal tidak hujan. Sepertinya pipa PDAM mengalami kebocoran, tetapi tidak segera dibenahi. Gitu kok mau menaikkan tarif," keluh Agus. Di wilayah perkotaan seperti Kompleks Perumahan Alam Bukit Raya, air sempat memampat tiga hari, sedangkan di daerah Trate sudah sepekan. Hal yang sama terjadi di Kompleks Perumahan Gresik Kota Baru dan wilayah perkotaan lainnya. Ketika mengalir pada Senin petang lalu, air yang keluar keruh berwarna kecoklatan seperti bercampur tanah. Direktur Teknik PDAM Gresik Muhammad mengatakan, beberapa hari aliran PDAM memampat karena instalasi penjernih air PDAM Gresik tidak mampu mengolah tingkat kekeruhan air yang mencapai 4.000 nephelometric turbidity (NTU). Bila dipaksakan dialirkan, hal itu dikhawatirkan malah sia-sia karena tidak bisa dimanfaatkan. Muhammad menambahkan, persoalan kurang lancarnya distribusi aliran air PDAM Gresik kepada pelanggan disebabkan efisiensi pompa mengalami penurunan 30 persen. Selain itu, kekeruhan Kali Surabaya sebagai air baku sudah mencapai 4.500 nephelometric turbidity (NTU) tidak sebanding dengan kemampuan pompa yang hanya 1.000 NTU. Jumlah pelanggan dalam kota juga tidak sesuai dengan rancangan, semula hanya 18.000 sambungan, namun hasilnya mencapai 33.876 sambungan. "Setelah membuka ujung pipa untuk membuang angin, air akan dialirkan kembali sebab sudah normal. Seharusnya air sudah mulai bisa dialirkan pada Senin pagi, tetapi karena listrik yang menggerakkan pompa di Legundi padam maka sedikit ada gangguan," kata Muhammad. Sementara itu untuk menutupi defisit hingga Rp 4 miliar per tahun sejak 2003, PDAM Gresik berencana menaikkan tarif. Menurut Direktur Utama PDAM Gresik Nurdin Saini, jika defisit itu tidak segera tertutupi, dikhawatirkan PDAM tidak lagi bisa memproduksi air lagi hingga 2010. Nurdin menjelaskan, sejak 2003 beban biaya produksi tidak sebanding dengan pendapatan. Defisit yang dialami PDAM Gresik pada 2003 mencapai Rp 300 per meter kubik (m3), maka tahun 2008 lalu telah menjadi Rp 700 per m3. Total produksi selama 2008 mencapai Rp 17 juta per m3. Tahun lalu pendapatan yang diperoleh dari pembayaran rekening hanya Rp 34 miliar, biaya produksi yang dikeluarkan lebih dari itu. "Biaya produksi air di Gresik saat ini mencapai Rp 3.000 per m3 kubik dan dijual ke pelanggan rata-rata Rp 2.250 per m3. Kondisi tersebut mengharuskan kami menaikkan tarif. Daerah lain sudah menaikkan tarif sejak lama, sementara kami sudah lima tahun belum menaikkan tarif," kata Nurdin. Saat ini pelanggan PDAM Gresik terpasang mencapai 56.237 sambungan rumah dan 166 sambungan industri. Kapasitas produksi terpasang PDAM Gresik mencapai 605 liter per detik dengan total produksi sebesar 571 liter per detik. Alokasi produksi, 89 persen untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan 11 persen untuk industri. Kebutuhan pasokan ke pelanggan sebesar 628 liter per detik. PDAM Gresik masih mengalami kekurangan sebesar 57 liter per detik dari jumlah produksi saat ini yang hanya 571 liter per detik. Jika ditambah kekurangan dari air sumur dalam sebanyak 30 liter per detik maka total kekurangan mencapai 87 liter per detik. Pada 2008 produksi ditambah sebanyak 50 liter per detik untuk meningkatkan kualitas layanan. ACI Post Date : 06 Januari 2009 |