|
PANGKALPINANGKong A Liu (46) hanya tertunduk lesu ketika air merendam kedi amannya di Jalan Komplek Perkantoran Provinsi Bangka Belitung Desa Bacang Kelu rahan Air Itam Pangkalpinang, Selasa (3/1) sore. Bersama istri dan dua anaknya, A Liu memandangi rumahnya yang terendam itu. Beda dengan banjir tahun-tahun sebelumnya. Kali ini terjangan air cukup deras datang dengan tiba-tiba. Ketinggiannya pun mencapai sebatas pinggang orang dewasa. Genangan air ini juga melimpah hingga ruas jalan menuju kantor gubernur. A Liu bukan satu-satu korban banjir yang datang tiba-tiba itu. Ada enam rumah warga lainnya mengalami hal serupa. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, air yang merendam sejumlah perabotan seperti kulkas, televisi, tempat tidur, dan peralatan lainnya. Banjir dengan ketinggian air sebatas pinggang ini baru pertama kalinya. Tahun-tahun sebelumnya genangan air hanya sebatas mata kaki. Makanya warga pun kaget alang kepalang ketika air cukup tinggi tergenang. Dan keberadaan tambang inkonvensional (TI) tak jauh dari lingkungan ini disebut-sebut biang penyebabnya. Air datang sekitar pukul 15.55 WIB, dan sekarang sudah sebatas pinggang saya, ujar A Liu ketika ditemui wartawan harian ini. Nasib buruh bangunan ini mungkin lebih beruntung dari Aon (26), korban lainnya yang tinggal sekitar 100 meter dari rumah A Liu. Walaupun sempat mengamankan barang-barang elektronik ke tempat yang lebih tinggi, Aon terpaksa merelakan barang-barang tersebut ketika air makin tinggi. Tadi air masuk mulai pukul 16.00 WIB, begitu tahu saya langsung ngangkat tv, kulkas, dan yang lainnya ke atas meja. Tapi sekarang barang-barang itu terendam juga, ungkap Aon yang ditemui tidak jauh dari kediamannya. Bertolak belakang, Lie Sin Hak (51), korban lainnya, tidak terima dengan terendamnya rumah yang sudah ditinggalinya sejak lahir. Ditemui di kediamannya, Sin Hak mengungkapkan kemarahannya terhadap para penambang timah yang disebutnya sebagai penyebab dari banjir tersebut. Dikatakannya, meski sudah sering mengalami kejadian serupa, banjir kali ini merupakan yang terbesar. Sebelumnya, air hanya setinggi mata kaki, itu pun apabila terjadi hujan lebat. Dulu sebelum ada TI di belakang sana, tidak pernah rumah saya banjir. Kemarin-kemarin hanya sebatas mata kaki, sekarang sampai sepinggang, tutur Sin Hak sembari menunjuk daerah TI di kawasan Parit Enam Pangkalpinang. Sementara itu, sejumlah warga mengatakan kalau banjir sudah sering melanda kawasan yang berada di jalan masuk komplek perkantoran Gubernur. Karena sering terjadi, warga tidak menyangka kalau banjir akan merendam rumah hingga sebatas pinggang. Hal senada juga diungkapkan A Liu dan Lina, putri tertua A Liu. Biasanya air hanya mengenangi dapur dan tidak masuk hingga ke ruangan lainnya. Aku terkejut waktu bapak bilang banjir. Biasanya hanya sebatas dapur, tapi kali ini sepinggang, kata Lina. Informasi yang berhasil dihimpun wartawan harian ini, banjir terjadi akibat jebolnya tanggul di daerah kolong yang berada di kawasan Parit Enam Pangkalpinang. Jebolnya tanggul tersebut akibat aktivitas TI yang menggunakan alat-alat berat. Selain itu, semenjak adanya TI di kawasan itu, beberapa rumah warga selalu terendam air terutama ketika hujan lebat. Mese ge orang tu makai PC, jadi jebol tanggul e. Sebener e lah lame kami mada e jangan pakai PC, tapi agik maler lah (Soalnya orang itu menggunakan PC, jadi tanggulnya jebol. Sebenarnya kita sudah memperingatkan, tapi tidak diindahkanred), jelas seorang warga yang tidak mau disebutkan identitasnya. Hingga pukul 17.25 WIB, air masih mengalir dengan deras ke arah jalan utama. Aliran air ini menghentikan para pekerja yang sedang melakukan pengaspalan di Jalan Air Itam Pangkalpinang yang baru memasuki belokan ke arah komplek perkantoran. Banjir menyebabkan kerugian material. Oleh sebab itu, puluhan warga bermukim di sekitar kawasan Komplek Perkantoran Gubernur Babel, meminta pemerintah menghentikan aktifitas TI di kawasan Parit Enam. Dulu kita sudah mengajukan usulan untuk penghentian aktifitas TI, tapi seperti tidak mendapat tanggapan yang serius. Apakah harus menunggu kejadian yang lebih besar lagi baru pemerintah mau bertindak, ujar seorang korban banjir. Pernyataan senada juga diungkapkan Sin Hak kepada wartawan harian ini. Di samping menginginkan penghentian aktivitas TI, Sin Hak akan meminta ganti rugi kepada para pengusaha TI yang disebutkannya telah menyebabkan banjir. Hujan Sampai Maret Berdasarkan perkiraan Forecaster (peramal cuaca) Stasiun Meteorologi Pangkalpinang, Slamet Supriyadi, musim hujan yang terjadi di Babel diperkirakan akan terus mengguyur daerah ini hingga Maret. Namun curah hujan tidak akan setinggi yang terjadi pada Desember 2005 dan Januari 2006. Selanjutnya pada April sampai Juni merupakan musim pancaroba, peralihan ke musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juli sampai September,jelas Slamet kepada harian ini, Selasa (3/1) di ruang kerjanya. Sepekan ke depan, Slamet memperkirakan tidak ada gangguan cuaca yang bersifat ekstrim. Paling hanya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, ujarnya seraya mengatakan angin dalam seminggu kedepan bertiup agak kencang dengan kecepatan sekitar tujuh knot. (h10/g2) Post Date : 04 Januari 2006 |