Kediri, Kompas - Ratusan keluarga di Kabupaten Kediri mengalami kesulitan air bersih menyusul datangnya musim kemarau tahun ini. Mereka terpaksa menggunakan air sawah yang diendapkan lebih dahulu untuk minum dan memasak. Itu pun jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Ratusan warga yang kesulitan air bersih itu tersebar di lima dusun di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen. Kelima dusun itu adalah Dusun Sanan, Dusun Pling Sanan, Dusun Tanggul, Dusun Selopanggung, dan Dusun Sumberagung. Setiap dusun rata-rata memiliki 70-150 keluarga atau sekitar 500 jiwa dengan asumsi setiap keluarga terdiri atas empat anggota.
Kepala Desa Selopanggung, Zairi, Senin (24/8) mengatakan, dari lima dusun yang kesulitan air bersih, kondisi warga Dusun Sanan paling parah. Pasalnya, desa berlokasi di perbukitan sehingga sulit dijangkau alat transportasi seperti truk tangki.
Kesulitan air bersih yang dialami warga Desa Selopanggung tahun ini lebih parah dari tahun sebelumnya. Tahun lalu desa tersebut mendapat bantuan pengedropan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun, tahun ini tidak ada bantuan.
"Tahun lalu kami masih mendapatkan pengedropan air sedikitnya lima truk tangki per hari atau sekitar 25.000 liter. Setiap kali truk tangki tiba, warga mengantre dengan membawa jeriken untuk mendapatkan air bersih. Tahun ini kami sudah meminta, tetapi belum ada jawaban dari pemerintah daerah," katanya.
Saat ini warga mengandalkan air bersih dari bak-bak penampungan air resapan dan air sawah. Bak-bak ini berfungsi menampung air sisa dari sawah kemudian mengendapkannya. Keesokan paginya, air yang telah diendapkan akan diambil warga menggunakan jeriken dan ember.
"Untuk mendapatkan air endapan ini, warga harus membayar iuran Rp 15.000 per keluarga per bulan. Uang ini dipakai untuk biaya perawatan dan perbaikan bak penampung. Itu pun pengambilannya dibatasi setiap keluarga maksimal 2 jeriken," kata Muslan, Ketua RT I/RW III Dusun Sanan.
Sejumlah warga menceritakan, kesulitan air bersih juga dialami warga Desa Semen di Kecamatan Semen. Perbedaannya, desa ini pernah terjangkau program pipanisasi walaupun sekarang tidak jalan karena banyak pipa rusak. Agus, pegawai di Kecamatan Semen, mengatakan bahwa kesulitan air bersih itu terjadi setelah maraknya aksi perusakan hutan di Gunung Wilis. Perusakan hutan itu menyebabkan sejumlah mata air mengering.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kabupaten Kediri Eko Setiyono mengatakan, tim dari pemerintah daerah baru saja menyurvei ke lokasi. Setelah ada koordinasi antara bagian perekonomian dan PDAM, diputuskan untuk mengirim air bersih menggunakan truk tangki ke dua dusun dari lima dusun yang kekurangan air. "Air bersih akan dikirim ke Dusun Sanan dan Dusun Tanggul. Rencananya, dua tangki air dengan volume 5.000 liter per tangki akan dikirim dua kali dalam seminggu," tuturnya.
Waduk menyusut
Di Gresik, air sumur warga Kedanyang, Kecamatan Kebomas, juga sudah menyusut. Warga Kedanyang, Ali Sugiarto, Senin menyebutkan, hampir separuh sumur warga kering. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, sekitar 1.400 keluarga di Perumahan GKGA Kedanyang membeli air.
Air bersih juga mulai sulit didapatkan di wilayah Gresik selatan, seperti Benjeng, Balongpanggang, dan Wringinanom. Di Balongpanggang, warga memanfaatkan air telaga untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus serta membeli air isi ulang untuk memasak. "Namun diperkirakan pada pertengahan September, air telaga sudah habis," kata A Harianto, warga Balongpanggang. Bahkan, air tanah sudah berasa asin.
Sementara air di sejumlah waduk dan telaga semakin menyusut. Bahkan ada waduk yang sudah kering tanpa air, seperti Waduk Tanjung. Waduk Bunder seluas 92 hektar dengan kapasitas 2,465 juta meter kubik tinggal terisi air sebanyak 10 persen. Padahal, kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gresik Tugas Husni Syarwanto, sebanyak 18 daerah irigasi di Gresik mengandalkan waduk seperti Waduk Banjaranyar di Bunder dan Waduk Sumengko di Kecamatan Duduksampeyan. (NIK/ACI)
Post Date : 25 Agustus 2009
|