JOMBANG - Janji Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Jombang untuk meningkatkan pelayanan, ternyata hanya isapan jempol. Alasannya, kualitas air di pinggiran kota, selama ini sangat buruk, sehingga tidak layak dikonsumsi.
Keterangan yang dihimpun Radar Mojokerto menyebutkan, daerah-daerah yang langganan air PDAM-nya tidak layak konsumsi antara lain, kawasan Desa Denanyar, Desa Tambakrejo, Desa Sambongdukun, Desa Tunggorono dan lainnya. Hampir setiap hari, kondisi air di wilayah tersebut tidak layak minum. Terdapat butiran-butiran halus bercampur di dalam air. ''Setiap hari air bak mandi dikuras, karena selalu ada endapan berwarna hitam,'' ujar Imam, 50, salah seorang konsumen PDAM saat mengadu di Radar Mojokerto Biro Jombang, kemarin.
Dijelaskan kondisi air bercampur endapan halus ini sudah berlangsung belasan tahun lalu, dan berkali-kali pula telah diadukan ke PDAM, namun belum ada perbaikan atas kualitas air ini. ''Sekali-kali cobalah pimpinan PDAM mendatangi keran-keran air PDAM yang berada di pinggiran kota biar tahu betul kondisi airnya,'' ujarnya.
Dari pengamatan Darmo di lapangan menunjukkan kualitas air PDAM memang mengalami penurunan. Menurut Suparman, warga Desa Denanyar, akibat kualitas air PDAM yang meragukan, pihaknya lebih memilih menggunakan air sumur. ''Kalau dimasukkan gelas bening, kelihatan banget butiran-butiran halus di air PDAM,'' ujarnya.
Dimintai komentar atas rendahnya kualitas air PDAM, Marsaid anggota FPDIP DPRD Jombang mendesak pihak PDAM untuk melakukan perbaikan pelayanan. ''Keluhan seperti itu sudah sering kita dengar, PDAM harus segera merespons secara positif,'' ujar Marsaid.
Sementara itu dari catatan Darmo, atas keluhan konsumen PDAM ini, Dirut PDAM Yudhi Adriyanto telah menandatangani surat janji perbaikan pelayanan pada Maret 2009. Tidak tanggung-tanggung, dalam surat tersebut ikut diketahui Bupati Suyanto, saksi dari LSM dan perwakilan konsumen. Dalam surat antara lain disebutkan, soal pengaduan air sering kotor, PDAM berjanji akan menambah frekuensi kuras di instalasi pengolahan air dari dua kali setahun menjadi tiga kali setahun. Juga melakukan pengurasan di ujung pipa distribusi dan tersier secara rutin di wilayah masing-masing serta koordinasi terhadap operator untuk segera menghidupkan genset.
Dirut PDAM Yudhi Adruyanto yang dikonfirmasi masalah ini menjelaskan, air kotor di sejumlah wilayah tersebut disebabkan pecahnya pipa distribusi berdiameter 30 cm di Jl Patimura. ''Pipa pecah karena aus dimakan usia puluhan tahun. Dijamin dua sampai tiga hari akan selesai,'' ujar Yudhi.
Ditambahkan, untuk menjaga kualitas air, pihaknya juga telah melakukan pengurasan. ''Ya, dampak pipa pecah tersebut menyebabkan air di beberapa wilayah kotor, seperti di Tunggorono, juga Perumahan Astapada,'' terangnya. (fen/nk/yr)
Post Date : 02 Agustus 2010
|