|
Palembang, Kompas - Di tengah kekeringan air di Palembang, distribusi air Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Musi ke rumah warga pelanggan tersendat. Selain kebocoran air, tersendatnya distribusi disebabkan pasokan air baku berkurang. Gangguan distribusi itu meresahkan warga, terutama yang memanfaatkan sumber air umum milik PDAM untuk keperluan minum dan memasak. Karena distribusi air macet, warga yang sudah mengantre untuk membeli air secara eceran tidak kebagian. Direktur Utama PDAM Tirta Musi, Syaiful, Jumat (18/8), mengatakan, perbaikan pipa yang bocor tetap dilakukan. Namun, masih ada pipa rapuh buatan tahun 1929 yang rawan bocor sehingga banyak air terbuang atau merembes ke tanah. Masih banyak pula pemakaian air yang tidak tercatat, dan sambungan pipa liar. Pasokan air yang tersendat juga dipengaruhi oleh aliran listrik yang sering mati belakangan ini. "Kalau listrik mati, pompa yang mengalirkan listrik tidak jalan," kata Syaiful. Data dari PDAM Tirta Musi menyebutkan, tingkat kebocoran air bersih mencapai 46,8 persen, dari jumlah air yang terjual 40,8 juta meter kubik per tahun. Kebocoran, dalam arti air hilang atau dicuri, menyebabkan kerugian Rp 40,09 miliar per tahun, dengan asumsi tarif rata-rata air Rp 2.100 per meter kubik. Dari kapasitas produksi air 6,9 juta meter kubik pada Mei 2006, misalnya, yang tersalur ke pelanggan hanya 3,47 juta meter kubik. Sisanya, 3,43 juta meter kubik air, hilang. Jainuddin, warga RT 42 RW 12, Kelurahan 5 Ulu, menyatakan sudah merasakan dampaknya. Air bersih dari sumber air umum PDAM sering tidak mengalirkan air. Padahal sumber itu menjadi andalan warga, untuk mendapatkan air bersih di tengah musim kemarau panjang. Pipa PDAM di kawasan itu sering bocor. (lkt) Post Date : 19 Agustus 2006 |