|
PURWAKARTA(SINDO) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Purwakarta terancam ditinggalkan 17 ribu pelanggan menyusul ditemukannya ribuan bangkai ikan di dekat instalasi pompa penyedot air (intake). Ribuan bangkai ikan itu berasal dari jaring terapung (japung) di Waduk Jatiluhur. Kepala Seksi (Kasi) Umum PDAM Purwakarta Yadi Priyadi membenarkan, ribuan bangkai ikan di sekitar intake (pompa penyedot air) berpengaruh besar. Biaya produksi meningkat sebab PDAM harus menyediakan aluminium sulfat secara berlebih guna menetralkan air. Juga berpengaruh terhadap kualitas air yang diproduksi. Untuk mengatasi masalah tersebut,PDAM telah meminta instansi terkait, PJT II Jatiluhur dan Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakan) Purwakarta segera melakukan langkah nyata, menyingkirkan bangkai-bangkai ikan yang dibuang petani jaring terapung (japung) dari kompleks instalasi pengolahan air PDAM. Selain itu, PDAM mendesak pihak berwenang memindahkan keramba ikan yang letaknya berdekatan, hanya beberapa meter dari intake. Sejak awal kami telah memprediksi akan terjadi kematian massal ikan. Karenanya, sejak lama pula meminta keramba ikan dipindahkan.Tapi,permintaan kami tidak pernah digubris. Akibatnya ya seperti ini, desak Yadi kepada SINDO di ruang kerjanya,kemarin. Yadi menandaskan, permintaan itu sangat wajar sebab PDAM membayar setiap debit air yang diambil dari Waduk Jatiluhur. Apalagi mengingat PDAM dituntut memberi pelayanan terbaik bagi 17 ribu pelanggan di Purwakarta. Salah satunya menjamin dan menjaga kualitas air yang didistri-busikan aman untuk dikonsumsi. Jika dibiarkan, kami khawatir kehilangan pelanggan. Kan berabe. Bisa saja mereka tidak mau membayar tagihan, ungkap Yadi. Ditemui terpisah, Direktur Teknik PJT II Jatiluhur Ahmad Gozali mengatakan, pihaknya sudah mengambil tindakan. Melalui Divisi V PJT II Jatiluhur semua bangkai ikan diangkut ke darat. Lantaran bangkai ikan berjumlah banyak sehingga upaya pengangkutan tidak dapat dilakukan dengan cepat. Perlu proses dan bertahap. Intinya kita sudah menangani sejak kemarin, kata Ahmad kepada SINDO,kemarin. Sementara, Ketua Himpunan Petani Budi Daya Ikan (Hipni) Jatiluhur Darwis menyebutkan, sedikitnya 2 ribu ton ikan mati massal sejak lima hari terakhir. Kerugian para petani diperkirakan mencapai Rp16 miliar.Apabila tidak segera ditangani, kerugian kemungkinan membengkak menjadi Rp50 miliar.Kematian ribuan ikan itu disebabkan arus balik (apdeling) atau umbalan dari dasar waduk akibat cuaca buruk. Kejadian ini di luar prediksi kami. Semula kami mengira umbalan akan terjadi pada Februari mendatang.Ternyata lebih cepat sehingga kami tidak melakukan antisipasi, jelas Darwis kepada SINDO di Waduk Jatiluhur,kemarin. Darwis memaparkan,dari 13 ribu japung,hanya tersisa 10%. Petani terpaksa menjual ikanikan peliharaannya dengan harga murah, Rp2.000/kg. Darwis sendiri kehilangan 100 ton. Padahal, ikan-ikan itu sudah siap panen.Akibat peristiwa itu, tak sedikit petani ikan terancam gulung tikar. Sebenarnya, Disnakan Purwakarta telah melayangkan surat imbauan No.523/ 1984/Bidkan tanggal 7 November 2006 ke petani. Isinya,meminta para petani japung mengganti ikan jenis labirin seperti lele dan patin. Namun petani tak pernah menggubris imbauan itu,ungkap Darwis. Sedangkan,Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Jatiluhur Komarudin menilai kematian massal ikan bukan akibat cuaca buruk. (asep supiandi) Post Date : 04 Januari 2007 |