|
Beberapa pekan terakhir, air bersih produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pelaihari keruh. Penurunan kualitas ini menimbulkan keluhan sejumlah pelanggan. Kepada BPost, beberapa pelanggan mengatakan belakangan ini air PDAM yang terdistribusi ke rumah mereka tidak jernih lagi. Acapkali air bercampur polutan tertentu, seperti debu atau sejenisnya sehingga air menjadi kotor. "Kadang juga terasa sedikit gatal," tutur salah seorang pelanggan yang enggan disebutkan namanya. Kekeruhan air tersebut ternyata menyebar di sejumlah tempat di Kota Pelaihari. Di antaranya permukiman di kawasan Sawahan, permukiman di sekitar Jalan Al Manar dan Jalan Balerejo. Namun di beberapa tempat lainnya, kualitas air PDAM tetap terjaga. "Alhamdulillah air PDAM yang mengalir di rumah saya tetap jernih dan lancar," aku seorang warga di Kompleks Perumahan Bajuin, kemarin. Umumnya para pelanggan mengharapkan Manajemen PDAM meningkatkan kontrol di lapangan. Langkah ini dinilai penting guna mendeteksi secara dini, jika terjadi penurunan kualitas air bersih. Lantaran kekeruhan dimungkinkan akibat kerusakan pipa (bocor) sehingga kotoran masuk dan terlarut. Dikonfirmasi di ruang kerjanya, Plt Direktur PDAM Pelaihari H Suriansyah mengakui kualitas air bersih yang sampai ke pelanggan terkadang memang menurun (keruh). "Salah satu penyebabnya memang adanya kebocoran pipa." Suriansyah yang masa definitifnya sebagai Direktur PDAM berakhir per 2 Maret lalu ini mengatakan, cukup banyak pipa yang bocor. Ini lantaran pipanisasi tersebut memang telah berusia puluhan tahun, sehingga saat ini kondisinya keropos. Sebenarnya pipa yang bocor tersebut telah cukup sering diperbaiki. Namun karena pipanya keropos, sehingga tidak berselang lama bocor lagi. Apalagi terhadap pipa yang berada di jalur yang sering dilalui kendaraan beban berat seperti di Jalan Balerejo. "Ya beginilah keadaannya. Mau bagaimana lagi. Pelayanan yang kami berikan saat ini sudah maksimal. Satu-satunya cara meningkatkan pelayanan hanya dengan merehabilitasi sarana/prasarana," sebut Suriansyah. Namun setidaknya harus ada anggaran daerah untuk memperbaiki sebagian sarana/prasarana. "Ibarat mobil, jika tidak ada biaya untuk turun mesin, paling tidak akinya dulu yang diganti," ucap Suriansyah seraya mengharapkan para pengambil kebijakan (bupati dan DPRD) serius memperhatikan persoalan tersebut. Pipa yang bocor, beber Suriansyah didampingi dua stafnya Kabag Perencanaan Jarlani dan Kabag Transmisi Ronyan Pranoto, memang rawan karena kotoran akan mudah masuk.roy Post Date : 24 Juni 2005 |