Air PDAM Mati 18 Jam

Sumber:Jawa Pos - 02 Juni 2008
Kategori:Air Minum

PROBOLINGGO - Warga Kota Probolinggo yang jadi pelanggan PDAM kemarin dibikin susah. Suplai air PDAM mati, setidaknya selama 18 jam. Mulai Sabtu (31/5) pukul 22.00 sampai Minggu (1/6) sekitar pukul 16.30.

Direktur PDAM Lukman Tjahyono menuturkan, mulai Sabtu (1/6) pukul 22.00 harus mulai melakukan perbaikan pada kebocoran pipa induk di Sumber Bulu, Leces.

Imbasnya, suplai air PDAM dari mata air Ronggojalu untuk seluruh pelanggan di Kota Probolinggo mati.

"Target saya jam 07.00 tadi (kemarin, Red) sudah beres," kata Lukman kepada Radar Bromo kemarin. Ternyata tidak. Sampai pukul 14.00 belum juga tuntas. "Saya sampai nunggu orang ngelas, Mas," kata Lukman.

Lukman mengaku memiliki kesulitan tersendiri dalam proses perbaikan kebocoran itu kemarin. "Pipanya itu kan besi tuangan, tinggalan zaman Belanda. Jadi, tidak mudah ngelasnya. Dilas sedikit-sedikit, terus ditunggu sampai kering...Sampai tukang las yang saya bawa dari Jl Pahlawan sambat, Mas," terangnya.

Sekitar pukul 16.30, air PDAM sudah mulai mengucur. Tapi belum maksimal. "Ini sekarang saya paksa. Pipa yang bocor itu masih merembes. Tapi, mau bagaimana lagi... Saya tidak mau ambil risiko," kata Lukman kepada Radar Bromo kemarin sekitar pukul 16.45.

Lukman mengaku sudah menyosialisasikan rencana perbaikan ini dua hari sebelumnya melalui radio milik pemkot. Tapi, tetap saja seharian kemarin dia jadi sasaran protes melalui telepon maupun SMS.

Bukan hanya dari masyarakat, tapi juga langsung dari Wali Kota Buchori. "Pak Buchori nelepon saya langsung. Dia bilang sedang berada dalam kamar mandi, tapi tidak ada airnya..." kata Lukman menceritakan telepon dari Wali Kota Buchori.

Matinya suplai air PDAM selama 18 jam itu benar-benar membuat pelanggan susah. Basuki, pengusaha komputer yang tinggal di Perumahan Kopian, Ketapang, mengaku sampai tak bisa nyuci pakaian seharian kemarin. "Lha PDAM mati mulai tadi malam (Sabtu, Red)," keluhnya.

Tapi, Basuki masih beruntung di rumahnya ada cadangan pompa listrik. Dia masih bisa mendapatkan air untuk kepentingan lain selain mencuci. "Jadi, hanya nyuci yang tidak bisa," katanya.

Pengalaman berbeda dialami Wahyu, tetangga Basuki. Di rumahnya ada pompa listrik. Tapi, karena lama tak dipakai, pompa itu ngadat. "Saya kira perbaikan PDAM tidak bakal lama. Ternyata sampai siang, air PDAM tidak juga mengalir. Waduh susah, Mas..." katanya.

Mulanya, Wahyu khawatir gangguan hanya terjadi pada jaringan PDAM di rumahnya sendiri. Dia pun bertanya ke tetangga kanan kirinya. Ternyata tetangganya juga bernasib sama. "Malah tetangga saya mau minta air di rumah saya. Padahal, bak mandi di rumah saya sudah kering saat itu," kisah Wahyu.

Wahyu akhirnya menyerah. "Terpaksa saya ajak istri dan anak saya mengungsi ke rumah mertua saya yang pakai pompa listrik," cerita Wahyu.

Di rumah Merdekanto di Jl Trunojoyo juga terjadi hal serupa. Kanto, panggilannya, tidak tahu kalau PDAM bakal mati selama itu. Bahkan, dia tidak tahu sebelumnya bahwa PDAM akan mati. "Wong tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Kita ya tidak tahu. Akhinya tidak nandon air," katanya kemarin sore.

Akibatnya, selama seharian keluarga Kanto tidak bisa mandi. Bahkan, istrinya Sugiarti Rahayu tidak bisa masak. Yayuk, panggilannya, mengira air PDAM hanya mati sebentar. Karena itu, dia berencana untuk memasak saat air sudah mengalir.

Ternyata sampai sore air masih mati. "Saya kira matinya sebentar. Kalau tahu begitu, makan ya beli saja. Ini sampai sore belum makan. Akhirnya buat mi dua, dimakan bareng-bareng," tuturnya.

Sri, warga Kenari I juga kelimpungan karena air PDAM mati. Penjual sayuran dan ikan ini mengaku tidak bisa membersihkan dagangannya karena tidak ada air. "Saya dengar di Radio Suara Kota katanya sudah mengalir pukul 07.00. Ini sudah jam berapa. Kok belum mengalir," katanya.

Sementara itu, Prapto, warga Jl Kelud, Kelurahan Ketapang sampai terpaksa menggunakan pompa air yang sudah lama tidak dipakai. Itupun dia harus bekerja keras, karena airnya tidak langsung keluar. "Terpaksa harus dipancing dulu menggunakan air. Tadi (kemarin) saya minta air ke tetangga. Alhamdulillah, akhirnya pompanya bisa," kata Prapto, salah satu karyawan BUMN ini.

Lain lagi yang dialami Sigit, warga Perum Asabari. Salah satu karyawan diler motor ini, mengaku, seharian kemarin, tidak bisa berbuat apa-apa. Berbagai upaya dia lakukan, termasuk menghubungi PDAM. "Tapi, teleponnya tidak ada yang mengangkat," kata Sigit saat menghubungi Radar Bromo, kemarin sore.

Dia juga mengatakan, karena PDAM mati, aktivitas yang biasa dilakukan di hari libur, akhirnya terbengkelai. Misalnya, mencuci pakaian. "Sekarang (kemarin), ya tidak bisa nyuci. Wong airnya tidak ada," katanya.

Menyikapi kejadian ini, Ketua Forum Silaturrahim NU (FOSNU) Probolinggo Munir menilai kejadian ini sangat ironis. "Air itu masalah umat, menyangkut kebutuhan pokok, sangat vital," katanya.

Dengan adanya kejadian ini dia minta PDAM membenahi manajemen internal agar lebih professional, punya tanggung jawab moral. "Dan harus punya tanggung jawab kinerja terhadap segala kebijakannya. Apa PDAM itu tidak melakukan antisipasi. Dalam manajemen, mestinya kan ada prediksi-prediksi. Harus ada plan A, plan B..." ujar Munir. (tim)



Post Date : 02 Juni 2008