|
Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih Zainal Arifin mengatakan, air bersih yang dihasilkan PDAM telah diproses dan telah memenuhi standar kualitas air yang diperbolehkan dinas kesehatan. Karenanya masyarakat diimbau tidak khawatir mengkonsumsi air PDAM. Pernyataan tersebut disampaikan Zainal menanggapi hasil penelitian Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular yang dilakukan tahun 2004 bahwa air yang ada di Kalsel umumnya tidak layak dikonsumsi. Sebelumnya BPost edisi Selasa (2/8) memberitakan mengenai kandungan zat besi (Fe) dan Mangaan (Mn) di sejumlah sumber air di Kalsel berada di atas ambang batas yang ditentukan. Selain itu kadar keasaman air (pH) yang rendah di bawah 5,6--dari yang layak dikonsumsi dengan pH 5,6-7, dan kadar bakteri ekoli yang cukup tinggi. "Penelitian itu kan terhadap air baku secara umum bukan air PDAM. Air baku itu air bawah tanah. Kalau air bawah tanah memang benar mengandung Fe yang tinggi. Tapi PDAM Bandarmasih tidak memproduksi air bawah tanah," tegasnya. Ia mengatakan selama ini PDAM Bandarmasih mengambil air baku dari Sungai Bilu, Sungai Tabuk dan Pematang. Sebelum diproses air dilokasi pun diteliti kadar keasaman dan kandungan kimianya seperti Fe dan Mangaan. "Kami tidak akan produksi kalau itu di luar ambang batas. Jangankan asam, kalau asin saja kami tidak akan produksi. Kami akui PH di sungai-sungai sewaktu-waktu bisa berubah, dan kami juga tidak akan produksi jika pH-nya di bawah, leding akan kami tutup. Minimal kalau pH tidak bisa diolah, PDAM akan menurunkan produksi sampai PH-nya aman minimal 7," imbuhnya. Ia mengakui kualitas air sungai di Kalsel umumnya terjadi penurunan. Hal itu dapat dilihat dari warna dan kekeruhannya yang naik dibanding beberapa tahun lalu. Namun bukan berarti hal itu dapat digeneralisir untuk semua mata air. m4 Post Date : 06 Agustus 2005 |