|
Pelaihari, BPost Sejak dua pekan terakhir, kualitas dan suplai air bersih PDAM Pelaihari menurun. Pelanggan terpaksa harus berhemat dan mengkonsumsi air keruh. Untung, warga Kompleks Bajuin Raya Rabu (9/8) pagi terlihat hilir mudik di Jalan Datu Insad membawa jeriken volume 20 liter. Bapak dua anak ini mengambil air sumur di rumah orang tuanya. "Beginilah, pekerjaan tambahan saya sejak beberapa hari lalu. Air leding keruh, berwarna kecoklatan. Itu pun airnya hanya mengalir malam hari," katanya. Begitulah keluhan yang kini dirasakan sebagian besar pelanggan PADM Pelaihari. Mereka kini harus benar-benar menghemat air, bahkan ada yang harus menambah anggaran keuangan keluarga untuk membeli air. Plt Dirut PDAM Pelaihari Dwi Wahatno Bagio mengakui penurunan pelayanan tersebut. Pelayanan air bersih ke pelanggan memang menurun, ini akibat maraknya aktivitas pendompingan dan penambangan bijih besi di bagian hulu Sungai Tabanio. Sekedar diketahui, Sungai Tabanio hingga kini masih menjadi sumber utama bahan baku PDAM. "Debitnya masih cukup, kedalamannya masih 3 meter. Tapi, tingkat kekeruhannya tinggi sekali, terutama pada malam hari pukul 23.00 Wita. Ini saya lihat sendiri dua hari lalu," sebut Wahatno. Selain menyebabkan menurunnya pelayanan kepada masyarakat, kekeruhan itu juga menyebabkan membengkaknya biaya produksi. Setidaknya untuk kebutuhan tawas (penjernih). Dalam kondisi normal 50 kg per hari, sejak dua pekan lalu melonjak hingga 250 kg. Lantaran pekatnya kekeruhan, banyaknya tawas yang digunakan tetap tidak bisa menyulap air menjadi jernih. Air yang mengalir ke pelanggan keruh. Produksi juga turun dari semula 25 liter per detik menjadi di bawah 20 liter. Ini lantaran sudah ausnya sejumlah peralatan instalasi pengolahan air (IPA) di Bajuin. Pipa intake juga sering tersumbat lumpur. Dalam waktu dekat, suplai air terpaksa digilir. Krisis air terulang Krisis air yang pernah melanda warga Kota Balikpapan tiga tahun lalu bakal terulang. Warga pun kini mulai cemas menghadapi situasi itu. Kecemasan warga ini cukup beralasan, karena Waduk Manggar yang menjadi sumber bahan baku utama pengolahan air PDAM Balikpapan ternyata hanya mampu melayani 60 persen warga kota dan itu pun dalam kondisi normal. Dari pantauan di areal Waduk Manggar, Rabu (9/8), luasan genangan air di waduk tersebut hanya 170 hektare dengan kapasitas tampung 3,2 juta m3. Menurut Ir Tukiman, pegawai Kimpraswil Kaltim, Waduk Manggar sekarang tengah dilakukan upaya peninggian elevasi dan diharapkan bisa menampung sekitar 10,3 juta m3 air dengan luasan genangan 406 hektare dengan biaya sekitar Rp93 miliar. Persoalan yang sekarang dihadapi dalam usaha peninggian elevasi waduk adalah hutan lindung yang harus ditenggelamkan. Luasannya sekitar 70 hektare. Meski penggantinya disiapkan hutan lindung seluas 140 hektare, namun untuk mengubah fungsi hutan lindung harus minta izin Menteri Kehutanan. Roy/ms Post Date : 10 Agustus 2006 |