|
YOGYAKARTA -- Warga Kota Yogyakarta mengeluh soal air dari Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) yang keruh dan sering ngadat. "Kalau menjelang musim kemarau, airnya keruh," kata Sigit Saputra, 32 tahun, warga Tegalkemuning, kemarin. Selain keruh, air di daerah Karangkajen, Kecamatan Mergangsan, setiap Senin sampai Rabu hingga pukul 10.00 sering tidak mengalir. Lagi pula bau kaporitnya sangat menyengat. "Saya sudah melapor ke PDAM, tapi belum ada tanggapan," kata Josep Kristiawan, seorang warga. Direktur PT Tirta Marta, pengelola PDAM Kota Yogyakarta, Dachron Shaleh, mengakui air PDAM memang kadang keruh, terutama di daerah Lempuyangan dan sekitarnya. Penyebabnya, kata Dachron, sumber airnya memang keruh. "Tapi kami sudah melakukan penyaringan, dari air keruh menjadi air jernih," katanya. Keluhan juga datang dari pelanggan PDAM Banyumas. Menurut mereka, airnya berbau belerang. Parman, 36 tahun, warga Dukuh Waluh, mengatakan selama sebulan terakhir, antara pukul 06.00 dan 14.00, aliran air PDAM sangat kecil. "Selain itu, keruh dan berbau," ujarnya. Hal senada dikatakan Indriwati, 45 tahun, ibu rumah tangga di Perumahan Tanjung. Menurut dia, aktivitasnya menjadi sangat terganggu. Kegiatan masak dan cuci dia lakukan pada sore hari. Bahkan Jarot, 40 tahun, pegawai di pemerintahan Banyumas, mengaku sampai takut menggunakan air itu. "Takut berbahaya untuk kesehatan dan kalau untuk mandi takut gatal-gatal," keluhnya. Pejabat sementara Direktur Utama PDAM, Poedjatman, mengatakan, akibat kemarau, debit sumber air PDAM berkurang. Namun, dia mengaku sudah berusaha semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan pelanggan. "Kami juga memanfaatkan sumur dalam dan menyuplainya ke pelanggan," katanya. Menurut Poedjatman, musim kemarau membuat kualitas air turun padahal kualitas sumur dalam juga kurang bagus. Meski demikian, kata dia, berdasarkan uji laboratorium, air itu aman bagi kesehatan. "Airnya memenuhi standar sehat dan bisa dikonsumsi," ujarnya. Kesulitan akan air bersih juga dirasakan masyarakat Rembang sejak Maret lalu. Dari 48 sumber mata air di wilayah itu, sebagian sudah mengering. Dari 23 embung, kini hanya 3 embung yang masih memasok air untuk PDAM, yakni embung Gunem, Grawan, dan Sulang. Pemandangan mengantre air kini sudah mulai tampak. Warga bersepeda menempuh jarak sekitar 3 kilometer membawa dua jeriken air. "Sungai di tempat saya sudah kering. Saya harus ambil air dari embung ini," kata Rumadi, warga Kaliori, Rembang. Kepala Subbagian Sosial Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kesehatan Pemerintah Rembang Agung Prasetyo mengatakan pihaknya sudah mencari mata air baru untuk cadangan. Namun, setelah diteliti, debitnya sangat rendah sehingga tidak akan cukup. SYAIFULLAH | ARIS | BANDELAN Post Date : 13 Juni 2008 |