|
SEMARANG - Sejumlah pelanggan PDAM di berbagai wilayah Kota Semarang hingga kemarin masih mengeluhkan ketidaklancaran suplai air bersih. Janji PDAM untuk memenuhi pasokan air mulai Minggu, ternyata tidak merata dan airnya keruh. Keluhan itu muncul dari pelanggan di wilayah Sendangmulyo Kecamatan Tembalang, Perumnas Tlogosari, Tlogomulyo, hingga Perumnas Krapyak di Semarang Barat. Padahal, ketersediaan bahan baku air tidak ada masalah. Jebolnya saluran air baku dari bendung Klambu ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kudu, Kecamatan Genuk, juga sudah diperbaiki. Setelah diolah air itu langsung didistribusikan ke pelanggan. ''Air di tempat kami memang kemarin sudah mengalir, tapi waktunya dini hari saat kami sedang tidur. Akibatnya, kami juga ndak kebagian air,'' kata Rudi (35), seorang warga Tlogosari, kemarin. Supri, warga Tlogomulyo mengatakan, meski air sudah mengalir lancar seperti biasanya, namun kualitasnya jelek. ''Air di tempat kami keruh dan baunya tidak enak,'' kata dia. Pasokan pada Minggu, selain distribusi tidak merata dan keruh, air mengalir pada malam hari saat para pelanggan masih terlelap, sehingga tidak kebagian air. Warga Perumnas Tlogosari Sugeng mengaku kecewa dengan janji PDAM tersebut. Meskipun tahu air akan mengalir Minggu, namun tidak tahu kalau mengalirnya dapa malam hari. ''Ketika saya bangun, warga pada ribut-ribut air mengalir, tapi setelah saya cek kok sudah mati,'' keluhnya pada Suara Merdeka, Minggu (6/8). Sebagaimana diberitakan, (SM, 5/8), pengelola Air Baku Klambu Kudu, Jumat (4/8) kembali mengalirkan air baku ke IPA PDAM di Kelurahan Kudu Kecamatan Genuk. Air tersebut akan terlebih dulu mengalami proses pengolahan, dan diperkirakan mulai sampai ke pelanggan Minggu (6/8) pagi. Kepala Bagian Transmisi dan Distribusi PDAM Kota Semarang Cipto Hardjono menjelaskan, air dari bendung Klambu diperkirakan sampai di Kudu Sabtu sore. ''Untuk pelanggan terdekat, misalnya Telogosari, air bersih baru sampai Minggu pagi,'' kata dia. Warga lain, Heru minta pembagian air dilakukan secara merata, sehingga semua pelanggan mendapat giliran walau hanya sedikit. Kalau memang pasokan tersendat, kata dia, tidak masalah yang penting pembagiannya adil. ''Sekarang ada yang dapat air melimpah, tapi pelanggan lain justru tidak kebagian sama sekali,'' katanya. Masalah Manajerial Menanggapi kondisi tersebut, Ketua Pusat Studi Kebijakan Ekonomi (PSKE) FE Undip Dr FX Sugiyanto menyatakan, ketidaklancaran suplai air dari PDAM disebabkan problem internal dan eksternal. Secara internal, perusahaan penyedia air bersih itu memiliki masalah manajerial yang perlu terus diperbaiki. Parahnya, kondisi itu telah berlangsung lama dan selalu menuai keluhan dari para pelanggan. Misalnya, kata dia, tingkat kebocoran air yang tinggi dan sistem distribusi yang berkaitan langsung dengan aspek manajemen. "Ketidaklancaran air merupakan bentuk manajemen yang kurang baik. Manajemen sekarang memang menanggung akibat dari sejumlah kebijakan terdahulu. Tapi, mereka tak bisa melempar tanggung jawab kepada masa lalu," katanya. Saat ini, dia menilai telah ada kemajuan dalam perbaikan manajerial di lingkungan PDAM. Namun, masyarakat masih terus menunggu perkembangannya hingga memperoleh pelayanan memuaskan. Dia juga beranggapan, tekanan warga melalui lembaga konsumen dan media massa efektif guna mendukung pembenahan tersebut. Menurutnya, secara eksternal masalah suplai air terkait dengan aspek produksi dan teknologi. Kedua aspek teknis itu tak bisa dikesampingkan. Namun, bila ditelaah, lanjutnya, permasalahannya juga bisa bermuara kepada faktor manajemen. (H29-62) Post Date : 07 Agustus 2006 |