Air PDAM dan Pompa Mengecil

Sumber:Kompas - 06 September 2012
Kategori:Air Minum
Jakarta, Kompas - Warga DKI Jakarta dan sekitarnya sejak dua pekan terakhir selama musim kemarau kekurangan air. Suplai air dari PDAM dan pompa milik warga mengecil. Sementara pasokan air baku yang diterima dua operator PDAM, PT Aetra dan PT Palyja, juga menyusut 10 persen.
 
Mengecilnya suplai air PDAM cukup dirasakan sebagian warga di Jakarta Utara. Seperti di daerah Cilincing, air PDAM hanya mengalir pada malam hari. ”Kalau siang butuh air, harus nyedot langsung dari pipa PDAM dengan mesin pompa. Kalau tidak begitu, airnya tidak keluar,” kata Nyonya Ugi (32), warga RT 007 RW 02, Cilincing, Rabu (5/9).
 
Air itu pun kerap berbau tidak enak. Suplai air yang keluar juga tidak maksimal.
 
Yuni (45), ibu rumah tangga di Cilincing, mengaku, sejak air PDAM mengalir kecil, dirinya harus bijak memanfaatkan air bersih. Langkah yang dilakukan adalah membatasi air untuk membersihkan badan.
 
Sementara di Jakarta Selatan, kekeringan mulai dirasakan sebagian warga yang berada di kawasan perbatasan dengan Kota Tangerang Selatan. ”Aneh juga, sama-sama pakai PAM, tetapi tetangga saya aliran airnya lancar, sementara di rumah saya kecil airnya,” kata Lucia, warga Kebayoran Lama Utara.
 
Warga di Tangerang Selatan yang masih menggunakan air bawah tanah juga mengalami kekeringan. Nur (49), warga RT 011, Pondok Betung, Tangerang Selatan, mengaku sudah sekitar sepekan ini sulit sekali mendapatkan air bersih.
 
”Mesin pompa air bisa nyala, air juga masih keluar, tetapi beberapa menit air sudah habis. Kalau diterusin, mesin bisa panas dan rusak,” katanya.
 
Corporate Communication Manager PT Aetra Rika Anjulika mengakui, suplai air ke warga mengecil. Hal itu karena terjadi penurunan pasokan air baku sejak 24 Agustus kemarin.
 
Setiap hari penurunan pasokan air baku dari Perum Jasa Tirta (PJT) II terjadi secara fluktuatif antara 3 persen dan 10 persen dari pasokan normal sebanyak 9.000 liter per detik. ”Kami akhirnya mengurangi suplai ke pusat distribusi air CDC Cilincing, termasuk sebagian daerah di Jakarta Utara,” ujar Rika.
 
Sementara dari seluruh pasokan air baku ke PT Palyja, hanya pasokan dari PJT II yang turun 15 persen. Kondisi itu mengakibatkan total pasokan air baku ke PT Palyja turun 10 persen dari kondisi normal 8.200-8.300 liter per detik.
 
Untuk mengatasi kekurangan pasokan itu, Corporate Communication PT Palyja Meyritha Maryanie mengatakan, pihaknya telah meminta tambahan pasokan air kepada Kabupaten Tangerang lewat unitnya di Distribution Central Reservoir (DCR) Lebak Bulus, dari biasanya 2.500 liter per detik menjadi 2.900 liter per detik per hari.
 
”Sementara pasokan air baku dari Krukut, Cilandak, masih berjalan lancar, sebanyak 400 liter per detik,” kata Meyritha.
 
Untuk menambah pasokan air baku lagi, lanjut Meyritha, kini PT Palyja juga mengaktifkan kembali penggunaan air baku dari Cengkareng Drain di Taman Kota, Jakarta Barat. Total pasokannya mencapai 100 liter per detik. Hanya memang, air dari Cengkareng Drain itu perlu pengolahan lebih karena kualitas airnya kurang begitu baik.
 
Menurut Direktur Utama PDAM Jaya Sri Wijayanto Kaderi, penyusutan pasokan air baku ke Jakarta dari Waduk Jatiluhur yang ditampung di Bendung Curug mencapai 5 persen dari biasanya 16.875 liter per detik menjadi sekitar 16.000 liter per detik. Akibatnya, perlu pompa lebih banyak dan waktu pemompaan lebih lama untuk mengalirkan air baku dari Bendung Curug ke Jakarta.
 
Kendati demikian, PJT II selaku pemasok air baku dari Waduk Jatiluhur untuk Jakarta menjamin air bersih tetap aman meski volumenya menurun hingga bulan Desember.
 
Kepala Bagian Humas PJT II Imas Aan mengatakan, kemarau ini menyebabkan cadangan air di Waduk Jatiluhur berkurang dan kini tinggi muka air waduk berada 95,52 meter dari permukaan laut (dpl). Pada kondisi normal, tinggi muka air waduk itu mencapai 107 meter dpl.
 
Hingga Desember nanti, diperkirakan cadangan air waduk masih berada pada posisi 90 meter dpl, dan itu masih aman untuk distribusi air baku ke operator air di Jakarta.
 
Namun, jika ada peluang, menurut Imas, pihak PJT II akan meminta dibuatkan hujan buatan kepada Kementerian Pekerjaan Umum untuk menambah cadangan air waduk. Hujan buatan itu bisa dilakukan di Bandung. (NEL/NDY/ACI/MDN)


Post Date : 06 September 2012