|
Sampit, BPost Warga di Kecamatan Samuda mulai merasakan dampak kemarau. Air PDAM yang selama ini diandalkan untuk keperluan sehari-hari mulai asin. Kondisi itu terjadi saat air laut pasang, sehingga air baku menjadi payau dan asin. Direktur PDAM Sampit Sutrisno mengatakan, kondisi ini terjadi sejak seminggu terakhir. Akibatnya, warga tidak bisa leluasa menggunakan air leding saat pasang yang umumnya terjadi sore hari karena terasa asin. "Kalau untuk mencuci saya rasa masih bisa. Tapi kalau untuk dikonsumsi, warga mulai kesulitan karena terasa asin. Ini memang terjadi setiap musim kemarau, mudahan saja hujan turun," ucapnya. Jika hujan tidak turun, maka kondisi serupa akan berlanjut bahkan cenderung lebih parah. Karena itu, pihaknya sudah menyiapkan armada dari Kota Sampit untuk memasok air bersih ke Samuda jika mendesak. Pelanggan PDAM di kecamatan tersebut sebanyak 700 lebih. Saat ini Kotim belum memiliki instalasi khusus proses air asin agar layak dikonsumsi. Karena itu, jika terjadi pasang maka kebutuhan air untuk warga di daerah ilir seperti Samuda harus dipasok dari Sampit yang air bakunya masih aman. Untuk menyediakan instalasi khusus proses air asin, diperlukan dana miliaran rupiah. "Dua tahun lalu saja harganya sudah Rp5 miliar, saya belum tahu berapa harga alat itu sekarang," imbuhnya. Pengolahan air di Kotim tergolong sulit. Secara umum air bakunya berasal dari rawa gambut yang tingkat keasamannya sangat tinggi, sehingga perlu biaya besar untuk memproses air agar benar-benar bersih. Sementara di kawasan ilir sering terjadi intrusi air laut saat kemarau. Pelanggan PDAM di kawasan dalam Kota Sampit mencapai 16.000 lebih. Sementara kapasitas produksinya 18.000 meter kubik per hari. mgb Post Date : 16 Agustus 2006 |