|
Jakarta, Kompas - Fenomena alam berupa air laut pasang kembali membuat warga pesisir Jakarta panik. Limpasan air laut yang merendam permukiman penduduk dan sempat surut, di luar dugaan naik lebih tinggi lagi yakni mencapai 2,15 meter. Titik pasang naik tertinggi itu, yakni 2,15 meter, terjadi pada Kamis (5/6) pukul 23.00. Warga yang sudah tertidur lelap dikejutkan teriakan warga lain. Di Muara Baru, Penjaringan, air setinggi itu baru berangsur surut mulai Jumat kemarin pukul 06.00. ”Kami bangun dan berjaga-jaga lagi karena khawatir limpasan air pasang semakin tinggi menggenangi permukiman. Air ternyata baru mulai surut Jumat pukul 06.00,” kata Ketua RW 17 Muara Baru, Sarmuni, Jumat kemarin. Dia mengisahkan lagi kondisi air pasang yang terjadi pada Kamis malam, yang baru surut Jumat kemarin pukul 06.00. Namun, Jumat kemarin pukul 18.00, tinggi muka air laut mulai naik lagi menjadi 1,45 meter. ”Diperkirakan akan mencapai titik tertinggi lagi pada pukul 23.00,” kata Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Utara Irvan Amtha. Tinggi genangan di Muara Baru sempat 1 meter. ”Padahal pertama kali air muncul 3 Juni, titik pasang tertinggi adalah 2,05 meter dan pada 4 Juni menyurut dengan titik tertinggi 2,02 meter. Tiba-tiba air naik lagi mencapai 2,15 meter,” kata Irvan Amtha. Pada Jumat malam, warga Muara Baru, Marunda, dan Kamal Muara kembali berjaga-jaga. Mereka khawatir kalau air pasang naik lebih tinggi dari sebelumnya, yakni antara Kamis malam dan Jumat pagi yang sempat mencapai setinggi 2,15 meter. ”Kami mengira air tidak naik setinggi itu. Bahkan kami yakin, tinggi muka air laut terus menurun setiap harinya sejak Selasa (3/6) itu. Ternyata malah lain, air pasang bertambah tinggi,” kata Murtia (38), warga Marunda. Sanih (40), Masnih (56), Wardi (40), dan Rina (38), semuanya adalah warga RW 07 Marunda, tidak sempat mengamankan pakaian, makanan, dan peralatan dapur. Mereka mengira air laut sudah surut dan tidak akan naik lagi sehingga peralatan dapur, makanan, dan pakaian tidak diamankan ke tempat yang kering. Mawin (65), warga Marunda lainnya, terpaksa harus membetulkan tiang-tiang rumahnya setelah tanahnya ambles terendam banjir air laut pasang pada Kamis malam dan Jumat semalam. ”Bukan cuma itu saja, alat dapur seperti piring, panci, dan tungku terendam,” kata Mawin. Tambak ikan milik Tarso (45) di Marunda Pulo juga hancur akibat diterjang air laut pasang sejak Kamis malam. ”Sudah pasti, petambak akan gagal panen lagi seperti tahun lalu. Padahal modal yang dibutuhkan tidak sedikit, yakni Rp 10 juta per hektar,” kata Tarso menjelaskan. ”Kalau dahulu air pasang tidak sampai merendam lahan tambak. Sekarang malah air laut makin masuk ke darat hingga merusak tambak. Sebab tanggul pembatas di Pantai Marunda Pulo sudah terlalu rendah. Bahkan sudah turun 1 meter. Hingga kini tidak juga diperbaiki,” kata dia. Air pasang yang menyerang kawasan Marunda memang tidak separah yang terjadi di kawasan Muara Baru, Pluit, dan Kamal Muara. Namun, dampak air pasang membuat sejumlah ruas jalan permukiman warga rusak parah. Banyak ruas jalan di Marunda rusak parah, mulai dari lorong di permukiman hingga jalan utama di wilayah itu. Sejak air pasang datang, banyak ruas jalan rusak. Aspal terkelupas, seperti terlihat di Jalan Marunda Pulo menuju ke Masjid Al-Alam sepanjang 300 meter. Tanah pada badan jalan juga nyaris longsor. Begitu juga di Jalan Jembatan Rekreasi menuju Masjid Al-Alam melintas dok perkapalan. Di sini, ruas jalan yang rusak sekitar 200 meter. Aspal jalan yang sudah tergerus air laut juga terlihat di Jalan Raya Muara Baru dan sekitarnya, serta Kamal Muara. Wali Kota Jakarta Utara Effendi Anas meminta perusahaan di kawasan pantai agar ikut peduli dan ikut merasakan penderitaan masyarakat korban bencana air laut pasang. Misalnya, Pelindo II dan Pelabuhan Perikanan Muara Baru harus segera membangun tanggul yang menjadi kewajibannya. (CAL) Post Date : 07 Juni 2008 |