|
Jakarta, Kompas - Air laut pasang kembali merendam kawasan Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (18/2) pagi. Air laut menerobos ke daratan sejauh lebih kurang 500 meter dengan tinggi genangan air sekitar 50 sentimeter pada pukul 08.00 dan lalu berangsur surut. ”Air laut pasang hari ini (kemarin) terbesar yang terjadi pada Februari ini. Gelombang di laut pun masih tinggi,” kata Ketua RT 20 RW 17 Muara Baru, Ahmad Fauzi, kemarin. Saat Kompas tiba di Muara Baru Senin pukul 10.00, air laut pasang masih terus merepotkan warga. Wilayah yang tergenang air ialah tujuh RT di wilayah RW 17. Genangan air masuk ke Jalan Raya Muara Baru sejauh 500 meter dari pantai dengan ketinggian 20-50 cm. ”Tinggi maksimal genangan yang saya ukur ialah 50 cm, pada sekitar pukul 08.00, setelah itu air berangsur surut,” kata Ahmad. Dari pantauan, air laut masuk paling deras dari arah gerbang Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman. Belum ada perbaikan tanggul yang jebol di kawasan pelabuhan itu, kecuali barikade karung pasir sejauh lebih dari 200 meter. Namun, barikade karung pasir itu tidak menolong banyak, sebab air terbukti dapat menerobos hingga menggenangi tujuh RT permukiman warga. Jalan Raya Muara Baru dalam kondisi rusak parah akibat sering tergenang air laut. Nining (35), warga yang membuka warung tidak jauh dari gerbang pelabuhan, menggerutu. ”Kalau rakyat kecil yang minta bantuan agar pemerintah segera memperbaiki tanggul yang rusak, selalu saja terlambat ditangani. Jalan dan rumah yang tergenang sangat mengganggu usaha saya, padahal itulah sumber hidup keluarga saya,” ujarnya. Ketua RW 17 Muara Baru, Sarmuni, menuturkan, gelombang laut masih tinggi. Ada potensi besar air laut pasang terjadi lagi dan bisa lebih parah kalau saja tidak ada swadaya warga memasang barikade karung pasir di sekitar tanggul yang rusak di sisi timur dan barat permukiman. Pulau Seribu Gelombang tinggi dan angin kencang belum juga berkurang dari kawasan sekitar Kepulauan Seribu dan Teluk Jakarta. Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian pada Suku Dinas Perhubungan Kepulauan Seribu, Sunaryo, mengatakan, pihaknya belum mengizinkan kapal angkutan rakyat, baik kapal barang maupun penumpang, untuk beroperasi. ”Larangan berlaku jika tinggi gelombang lebih dari 1,3 meter. Pada Senin pagi, tinggi telombang masih 1,5-2,3 meter. Tetapi, menjelang sore hari, sudah ada tiga kapal rakyat yang berani menerobos gelombang. Jumlah penumpang dikurangi 50 persen dari kapasitas angkutnya. Kami terus memantau,” kata Sunaryo. Perilaku gelombang tinggi ini berubah. Biasanya, kondisi air lebih tenang pada waktu subuh hingga pagi. Akan tetapi, kali ini terjadi sebaliknya, yakni gelombang tinggi justru terjadi dini hari hingga pagi dan mereda menjelang siang hingga malam. (CAL) Post Date : 19 Februari 2008 |