|
Pelayanan dari perusahaan air bersih di Ibu Kota sangat memprihatinkan. Sekarang pun banyak pelanggan terpaksa begadang untuk menampung kucuran air. Derita para pelanggan air bersih di Ibu Kota belum berakhir. Kini warga Jakarta yang terdaftar sebagai pelanggan air bersih khususnya, PT PAM Lyonaise Jaya (Palyja), terpaksa harus tidur agak larut alias begadang. Jika sengaja tidak begadang atau lupa begadang, mereka bisa tak mendapat jatah air bersih. Maklumlah, air pipa yang dikelola perusahaan asing mitra PAM Jaya itu baru mengalir mulai pukul 20.00 WIB hingga menjelang dini hari. Sebaliknya, antara pukul 03.00 dan 04.00 WIB aliran kembali terhenti. Kebiasaan begadang hanya untuk memperoleh air bersih itu menjadi kebiasaan sebagian pelanggan PAM. Itu terjadi sejak berbulan-bulan, bahkan mungkin sejak setahun lalu. ''Kalau penghuninya sedikit mungkin bisa diatasi dengan menyimpan air di bak-bak penampungan. Tapi, kalau penghuni rumahnya banyak, seperti panti asuhan mungkin sangat repot,'' kata Fitri, warga Tebet, Jakarta Selatan. Fitri, karyawan yang bekerja di bilangan Jalan Jenderal Subroto, memang mengatakan hal sebenarnya. Tentu dia amat sedih dan prihatin. Dia heran hal seperti itu masih terus terjadi. Menurut Fitri, seharusnya itu tak perlu terjadi. Alasannya, sebagian warga Jakarta merupakan pekerja dengan jadwal yang cukup ketat, mulai dari pagi hingga menjelang malam. Namun, jika pada malam hari masih harus begadang, tentu akan memengaruhi produktivitas kerja. Mereka kelelahan karena kurang beristirahat. Akibatnya, saat bekerja mereka menjadi loyo. Masalah pelayanan air bersih tidak sebatas debit air tak tetap yang diterima pelanggan. Soal penagihan ulang yang dilakukan operator dengan alasan pelanggan belum membayar hingga saat ini juga belum tuntas. Demikian pula menyangkut penyesuaian tarif otomatis (PTO) yang dikabarkan akan mulai berlaku mulai 1 Januari 2005. Masalah terakhir ini jelas akan menambah beban pelanggan. Menurut rencana, kebijakan PTO akan berjalan setiap enam bulan sekali. Menyusul rencana PTO tersebut, DPRD Jakarta dalam waktu dekat akan melakukan kaji ulang rencana PTO tersebut. Menurut Ketua Komisi D DPRD Jakarta, Sayogo Hendrosubroto, kaji ulang terhadap PTO itu penting karena banyak keluhan dari masyarakat. Pelayanan air bersih yang melibatkan dua operator swasta asing sebagai mitra PAM Jaya juga ternyata belum berjalan optimal. Keluhan yang kerap dialami masyarakat pelanggan air bersih adalah seretnya aliran air, terutama pada jam-jam sibuk, yaitu pagi hingga siang. Sebaliknya air mulai mengalir menjelang tengah malam. Itu pun dengan aliran yang tidak terlalu kencang. ''Kita lakukan rapat secepatnya dengan PAM Jaya dan dua mitranya,'' ujar Sayogo Hendrosubroto kepada Republika beberapa hari lalu. Desakan serupa juga dilontarkan Ketua DPD Asosiasi Kontraktor Air Indonesia (Akaindo) Jakarta, Poltak Sembiring. Dia berpendapat tidak sepantasnya PTO diberlakukan setiap enam bulan mengingat tingkat layanan yang diberikan kepada masyarakat masih rendah. Tarif yang saat ini berlaku saat juga sudah sangat tinggi. Terjadinya kenaikan tarif tersebut, menurut Poltak, antara lain karena tingginya biaya operasional yang ditetapkan oleh dua mitra asing PAM Jaya, PT Palyja dan PT Thames Pam Jaya (TPJ). Ironisnya, biaya operasional tersebut justru dibebankan kepada para pelanggan air bersih yang dilayani dua operator PAM Jaya tersebut. Salah satu contoh, biaya telepon mencapai Rp 350 juta per bulan atau Rp 29,8 miliar per tahun untuk satu operator air bersih. Pengeluaran untuk foto kopian mencapai Rp 159 juta untuk dua operator. Gaji untuk karyawan asing Rp 2,2 miliar per bulan untuk satu operator. Ongkos operasional yang memakan biaya cukup besar adalah technical assistence, yang menurut Poltak semacam biaya royalti, sebesar Rp 1.200 untuk setiap satu meter kubik air yang diproduksi. Menurut Poltak, DPD Akaindo Jakarta mencatat sejak 1998 hingga November 2004 ada aliran air bersih 1.537.990.430 meter kubik dengan pendapatan mencapai Rp 4,7 triliun. Dengan investasi sebesar Rp 1 triliun dan melayani 700 ribu pelanggan, laba yang diperoleh operator air bersih sebesar Rp 675 miliar. Sistem Tagihan Amburadul Ketua DPD Asosiasi Kontraktor Air Indonesia (Akaindo) Jakarta, Poltak Sembiring, mengaku heran mendengar dua mitra asing PAM Jaya mengalami kerugian. Dia bahkan melihat dua mitra PAM Jaya sudah untung cukup besar. Jika tingkat kebocoran menjadi salah satu alasan terjadinya kerugian itu tentu tidak masuk akal. Alasannya, kebocoran sebesar apa pun bisa cepat diatasi. Humas PT Palyja, Maria Sidabutar, mengakui masih banyak keluhan dari pelanggan air di wilayah kerjanya. Untuk itu, pihaknya terus berupaya memberikan layanan terbaik bagi pelanggan. ''Soal kenaikan tarif bukan kewenangan kami, melainkan badan regulator atau Pemprov Jakarta,'' katanya. Maria menyebut total pengembangan jaringan pipa dari pihaknya hingga Desember 2003 mencapai 1.407 km, sebelumnya 4.100 kilometer. Rehabilitasi jaringan yang dilakukan hingga September 2004 mencapai 690 kilometer dan total sambungan mencapai 336.848 atau meningkat 67 persen dibanding 1998 silam. Hingga saat ini, lanjut Maria, kapasitas air bersih yang diproduksi pihaknya sebanyak 6.200 liter per detik. Air sebanyak itu diproduksi pada sejumlah instalasi pengolahan air bersih di Pejompongan I sebanyak 2.000 liter per detik, Pejompongan II 3.600 liter per detik, Cilandak 400 liter per detik, dan Taman Kota 200 liter per detik. Pusat distribusi dan reservoir terdapat di Kebon Jeruk sebanyak 1.400 liter per detik dan Lebak Bulus sebanyak 1.400 liter per detik. Kapasitas produksi air bersih tersebut disalurkan untuk melayani 2.914.459 orang. Sementara itu, volume penjualan air sejak Desember 2002 hingga Desember 2003 sebesar 131,3 juta m3 atau naik 34 persen dibanding tahun 1998. Berdasarkan pemantauan Republika di lapangan, selain masalah seretnya aliran air bersih, masyarakat juga mengeluhkan tagihan ganda. Direktur PAM Jaya, Didiet Haryadi, membenarkan ada tagihan ganda. Namun, dia mengaku belum mengetahui secara pasti berapa kerugian yang diderita para pelanggan air bersih akibat terjadinya tagihan ganda itu. Maraknya tagihan ganda terjadi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Wilayah itu termasuk daerah layanan PT Palyja. Jumlah pelanggan di dua tempat itu mencapai ratusan ribu. Para pelanggan terpaksa membayar tagihan ganda berikut dendanya karena khawatir sambungan air bersih dicopot perusahaan tersebut. Didiet mengatakan, keluhan lain yang kini ditangani pihaknya menyangkut penentuan golongan pelanggan. Menurutnya, banyak pelanggan yang merasa kecewa atas penentuan golongan oleh dua mitranya yang dirasakan masyarakat tidak adil. Dia mencontohkan bangunan yang direnovasi tiba-tiba diubah golongan pelanggannya. Perubahan golongan itu menjadikan tagihan dan biaya beban air menjadi lebih besar dari sebelumnya. Laporan : man Post Date : 02 Desember 2004 |